INISUMEDANG.COM – Sudah 5 kali rumah Cucu Subarya di RT 03 RW 01 Dusun Babakan Regol Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang menjadi langganan banjir. Hal ini karena kondisi rumahnya yang hampir sejajar dengan sungai Cileuleuy.
“Sudah 5 kali rumah saya selalu dilanda banjir, yang paling parah banjir tersebut waktu kejadian kemarin. Sehingga air sungai Cileuleuy meluap. Bahkan di dalam rumah saja sampai 3 meter karena air sungai Cileuleuy masuk ke pemukiman warga yang lain. Mengakibatkan kurang lebih 23 rumah terendam banjir,” kata Cucu kepada IniSumedang.Com Selasa 24 Mei 2022 di kediamannya.
Kalau hujan turun, kata Cucu, keluarganya dipastikan tidak akan tidur nyenyak, apalagi durasi hujannya lama, sudah pasti air sungai meluap. Sehingga keluarganya pun segera antisipasi dengan mengamankan barang barang yang ada supaya bisa diselamatkan.
“Penyebab air sungai Cileuleuy meluap dan naik ke pemukiman warga, karena tidak adanya Benteng Penghalang Tebing (TPT). Jadi tanah dan rumah saya itu hampir sejajar dengan ketinggian air sungai tanpa ada batasan lagi. Kalau bicara kerugian sudah pasti tidak terhitung, sementara saya saja, kondisinya kehidupan masih begini,” jelas Cucu.
Cucu menuturkan, Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir, pernah datang kesini, ketika banjir yang terakhir kemarin. Dan Alhmadulilah, memberikan bantuan melalui Dinas Sosial berupa Karpet, kue selai olay, dan beras 5 liter.
“Ya hanya itu saja bantuannya, sementara, kami dan warga di Babakan Regol ini selalu di hantui dengan banjir ketika hujan deras dan menjadi langganan banjir. Mau ngomong apalagi kami sekarang, Bupati Sumedang sudah datang, dari pihak dinas terkait juga sudah datang. Tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Sementara, kondisi kami saat ini sangat urgent (mendesak) tidak bisa menunggu lagi. Apa harus ada korban jiwa dulu baru semua sigap,” tanya Cucu.
Harus Ada Penyelesaian Bukan Seremonial
Hal senada dikatakan Anggota BPD Desa Sukajaya Drs H Momo Suherman Abdurrohman bahwa, warga RW 01 ini tidak bisa lagi menunggu waktu. Karena melihat kondisinya sangatlah mendesak, dan harus segera ada penyelesaiannya bukan malah seremonial saja.
“Saya sudah kordinasi dengan pihak instansi terkait katanya kami harus mengirim surat ke BBWS Cirebon untuk segera meminta bantuan TPT karena kewenangan sungai itu ada di BBWS. Tapi apakah tidak bisa Bupati Sumedang atau melalui stafnya memanggil pihak BBWS datang diundang lalu di bicarakan, apa tidak bisa seperti itu,” tutur Momo.
Kondisi ketika banjir, lanjut Momo, sangat mengerikan, ketinggian air sungai Cileuleuy sampai 3 meter lebih merangsek masuk ke pemukiman warga Babakan Regol. Sehingga ada 23 rumah yang jadi korban kebanjiran. Sedangkan bantuan yang didapat sangat tidak sepadan.
“Kalau bicara kerugian bisa ditaksir lebih dari 800 juta warga menanggungnya. Sekali lagi saya katakan, kondisi saat ini di lingkungan Babakan Regol sangat riskan dengan banjir yang bersumber dari sungai Cileuleuy. Sifatnya sangat urgent sekali, warga kami sudah tidak bisa tidur nyenyak kalau hujan turun dan deras di malam hari,” ungkapnya.
Dusun Babakan Regol sendiri, kata Momo, berbatasan dengan Kelurahan Regol satu kecamatan Sumedang Selatan, dibatasi dengan air sungai, dan juga jarak antara Babakan Regol dengan Gedung Negara pusat Pemerintahan Sumedang sangat tidak jauh kurang lebih 2 kilometer, apa tidak ironis hal tersebut.
“Aneh ya, seperti warga yang jaraknya ratusan kilometer meter saja, sampai warga kami ini, kesulitan bantuan hanya untuk membangun TPT. Hanya minta bantuan bangun TPT yang jaraknya 28 meter untuk menyelamatkan puluhan warga, bukan minta bansos tapi kami minta TPT agar terhindar dari banjir yang kerap datang,” kata Momo menegaskan.