INISUMEDANG.COM – Bangunan sekolah menjadi prioritas utama untuk siswa siswi agar mereka menjadi fokus saat belajar. Banyak sekali sekolah SD yang mewah dengan fasilitas yang lengkap demi kenyamanan para siswa dan siswinya untuk belajar. Berbeda halnya dengan SDN Gunung Gadung di Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan yang mana bangunannya sudah tidak layak pakai. Bila umumnya SD itu mempunyai 6 ruang kelas untuk belajar, tapi di SDN Gunung Gadung hanya mempunyai 4 kelas.
Pantauan IniSumedang.Com di lokasi, SDN Gunung Gadung mempunyai 6 kelas tapi hanya 4 ruang kelas saja yang bisa dipakai untuk belajar. Sedangkan 2 bangunan kelas lagi tidak dipakai karena yang satu sudah rusak total akibat kebakaran tahun 2018 lalu. Dan hingga saat ini tidak ada perbaikan sama sekali.
Kondisi itu, membuat 1 bangunan kelas lagi dibuat sebagai gudang. Dan dari 4 kelas yang tersisa, itupun kondisi kelasnya sangat menghawatirkan karena kayu pada bangunan di atasnya sudah rapuh. Sehingga dikhawatirkan ketika hujan deras akan ambruk.
Kondisi tersebut, dibenarkan oleh Ntin seorang pemegang kebersihan dan kunci kelas, sekaligus penjaga warung di SDN Gunung Gadung.
“Benar ini cuma ada 4 kelas aja yang tersisa, itupun kayu kayu atasnya sudah pada lapuk. Sehingga ditakutkan saat hujan deras bangunan tiba tiba ambruk,” kata Ntin saat ditemui wartawan di SDN Gunung Gadung, Senin 25 Juli 2022.
Kelas Yang Rusak Akibat Kebakaran Belum Diperbaiki
Adapun dua bangunan kelas yang rusak akibat kebakaran pada tahun 2018 lalu, kata Ntin, hingga saat ini belum ada perbaikan.
“Katanya sih mau ada bantuan tapi sampai sekarang belum ada, kalau kelas yang satu lagi dipakai untuk gudang” tutur Ntin.
Jumlah siswa di SDN Gunung Gadung ini, kata Ntin, terdapat kurang lebih 200 siswa, karena 2 bangunan kelas tidak layak dipakai, membuat siswa kelas 2 tidak kebagian kelas, sedangkan kelas 1 mengisi kelas bekas ruang guru, dan 1 kelasnya lagi bergiliran dengan kelas yang sedang mengisi pelajaran olahraga.
“Jadi karena kekurangan kelas, kelas 1 akan mengisi kelas kosong yang kosong bila siswa lainnya sedang pelajaran olahraga di luar. Dan pada jam istirahat kelas 1 kan sudah bubar jadi pindah lagi ke kelas yang sudah dipakai oleh kelas 1 tersebut”
“Jadi siswa yang tidak kebagian kelas harus melalukan rolling dengan jam-jam pelajaran olahraga serta harus menunggu jam bubar kelas 1, karena hal tersebut tidak ada jam pelajaran bagian siang,” tuturnya.
Ntin menuturkan, sempat ada pengajuan dari sekolah, namun sampai saat ini belum ada perhatian dari dinas. Bahkan sempat akan diperbaiki oleh orangtua siswa, namun ada teguran dari dinas karena akan dikenakan denda kepada sekolah. Selain itu, dari Dinas Pendidikan sempat ada pengontrolan tapi sampai saat ini sudah memasuki belajar offline tidak ada perbaikan apapun.
“Saya kira setelah ada pengontrolan sebelum masuk tahun ajaran sekarang bakal sudah diperbaiki ataupun bangunan baru. Tapi nyatanya masih belum sampai sekarang. Kami sama anak-anak sekolah takutnya kejatuhan plafon, atau atap yang rapuh. Apalagi kalo hujan pas lagi dikelas, takut terjadi yang ngga diinginkan,” ucapnya.
“Kami berharap, sebelum musim hujan supaya bisa diperbaiki, ngga muluk-muluk setidaknya kalau ngga di rehab total minimal diperbaiki atapnya, atau paling tidak yang 2 kelas aja dulu di dahulukan,” harap Ntin.