INISUMEDANG.COM – Cerita kerap munculnya penampakan Eyang Rangga Wulung yang menggunakan Kereta Kencana menjadi buah bibir bagi masyarakat setempat.
Eyang Rangga Wulung sendiri, dipercaya sebagai salah satu leluhur Sumedang, yang petilasannya berada di Pasir Raja bersebelahan dengan Dusun Gunung Gadung Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan.
Nana warga Dusun Gunung Gadung yang sekaligus menjadi Juru Pemelihara Situs Cagar Budaya Benteng Belanda menceritakan bahwa, dirinya pernah mendengar suara tapal kuda dengan deruan lonceng delman, pada suatu malam yang sunyi.
“Kejadiannya sudah sangat lama sekali, dan terjadi di tengah malam, ketika orang sudah terlelap tidur,” ungkap Nana saat ditemui IniSumedang.com beberapa waktu lalu di Kediamannya.
Peristiwa itu, lanjut Nana, membuatnya kaget hingga bulu kuduknya merinding. Selain merasa takut, Nana mengaku waktu itu membuatnya penasaran ingin melihat suara di luar rumahnya tersebut.
“Pertama mulai terdengar sayup sayup sekali, dan saya pun masih terjaga dengan alam sadar saya. Suara yang terdengar seperti langkah tapal kuda sedang berjalan itu, semakin dekat suara itu semakin jelas saya dengar. Dan benar saja, saya dapat pastikan bahwa itu suara derap tapal kuda,” ungkap Nana.
Sosok Eyang Rangga Wulung
Waktu itu, sambung Nana, makin besar rasa penasaran ingin melihat apa yang terjadi. Meski bercampur dengan perasaan takut. Tapi, dirinya memberanikan diri untuk bangun dari tempat peraduannya. Dan mencoba mendekati pintu yang bersebalahan dengan jendela.
“Setelah makin jelas suara itu, saya langsung membuka gorden jendela melihat ke arah jalan. Ketika suara itu tepat didepan rumahnya. Tak ada wujud atau kereta (delman) yang terlihat, tapi anehnya suara delman dan derap tapal kuda ada suaranya jelas sekali,” ujar Nana mengisahkan.
Masih kata Nana, dirinya meyakini bahwa kereta kencang itu kudanya ada empat ekor, lengkap dengan suara lonceng delmannya.
“Besoknya saya menceritakan apa yang dialami itu ke sesepuh saya. Sesepuh saya menjelaskan bahwa kejadian malam tadi, adalah Eyang Rangga Wulung. Dan ternyata, bukan hanya saya saja yang mendengar, hampir semua warga disini pun pernah mendengar suara tapal kuda lengkap dengan suara delmannya,” ucap Nana mengakhiri ceritanya.