INISUMEDANG.COM – Dunia kehilangan seorang aktor berbakat, Matthew Perry, akibat “efek akut ketamin.”
Dalam laporan toksikologi terbaru dari Kantor Pemeriksa Medis County Los Angeles, terkuak bahwa Perry menjalani terapi infus ketamin untuk mengatasi depresi dan kecemasan.
Namun, ketamin dalam tubuhnya saat meninggal memunculkan pertanyaan serius.
Meskipun Perry rutin menjalani terapi infus ketamin setiap dua hari sekali, dokter baru memutuskan bahwa ia sudah cukup baik 6 bulan sebelum kematiannya.
Namun, laporan tidak mengungkap seberapa sering Perry menerima terapi tersebut dalam bulan-bulan terakhir hidupnya.
Menurut Pemeriksa Medis, ketamin dalam tubuh Perry menyebabkan stimulasi kardiovaskular berlebihan dan depresi pernapasan.
Meskipun tidak ada jejak narkoba terlarang, faktor kontributif seperti tenggelam, penyakit arteri koroner, dan pengaruh buprenorfin (digunakan untuk membantu pecandu keluar dari opioid) juga turut berperan.
Meski merokok tidak tercatat sebagai faktor kematian, Perry, yang merokok 2 bungkus sehari, menderita penyakit paru obstruktif kronis/emfisema dan diabetes.
Menariknya, Perry diketahui bersih dari narkoba selama 19 bulan sebelum kematiannya, meninggalkan masa lalu penyalahgunaan zat.
Perry ditemukan tak responsif dalam jacuzzinya setelah bermain pickleball selama 2 jam pada 28 Oktober.
Meskipun terbuka tentang sejarah penyalahgunaan zat, tidak ditemukan narkoba terlarang di rumahnya.
Kematian Perry mengguncang Hollywood, memicu berbagai penghormatan dan ucapan duka dari sesama selebriti.
Misteri di balik kematian Matthew Perry membuka diskusi tentang penggunaan ketamin untuk depresi dan menyoroti kompleksitas kondisi kesehatan mental.
Dengan menggabungkan fakta medis dan aspek kehidupan sehari-hari Perry, kita dapat menghormati warisan seorang aktor yang berjuang keras melawan setiap rintangan.