INISUMEDANG.COM – Sumedang dalam Uga disebutkan sangat luar biasa, bahwa apapun akan datang dengan sendirinya ke Sumedang. Sehingga akan mencapai kepada Sumedang Gemah Ripah Loh Jinawi.
Meski sekarang sudah merdeka, namun hanya sebatas merdeka lepas dari penjajah.
“Kalau sudah sampai kepada faktanya atau dengan Uganya, bahwa Sumedang saat ini baru sampai kepada “Sumedang Puseur Budaya” (Sumedang Pusat Budaya). Kalau disebut Puseur seharusnya segala ada dan lengkap. Untuk mengisi segalanya ada dan lengkap gemah ripah Loh jinawi tersebut. Harus ada wadah yakni yang disebut muara,” ungkap Abah Aka sebagai Tokoh Budayawan Sumedang saat diwawancarai IniSumedang.Com belum lama ini.
Muara yang dimaksud, lanjut Abah Aka, adalah segala sesuatu tentang Budaya itu sebagai wadahnya. Dari sana nanti orang orang akan datang bukan mencari sendiri atau keluar Sumedang, dengan hasil karya, sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
“Kalau sudah kepada Uganya Sumedang yang disebut dengan Manunggal Rasa, dan itu tidak akan ada lagi yang melanggar aturan atau “pamali” Karena didalamnya ada,”Hirup Kumbuh Babarengan Gotong Royong Sauyunan jadi Sabilulungan, Geus Sarancat, Saigeul Saparipolah,” yang artinya beda beda tugas beda beda maksud tapi satu tujuan,” jelas Abah Aka.
Kalau Sumedang sudah lupa akan Budaya dan semuanya, kata Abah Aka, maka budaya Sumedang akan “Ngarangrangan”.
Budak Angon Adalah Anak Yang Sederhana, Namun Memiliki Ilmu Yang Luhung
Sumedang menjadi Puseur Budaya segera isi dengan Karya, Prilaku yang baik dan luhung. Yang benar kata Pribadi, Benar menurut Umum, benar menurut Agama dan benar menurut Hukum dan itu tidak akan apa-apa bahkan akan mendapatkan “Deudeuhan, Weulasan dan Asihan,”.
“Uga Sumedang Akan didapatkan oleh “Budak Angon” bukan Anak pengembala. Tapi Budak Angon disini adalah anak yang sederhana, bukan dari kalangan terpandang namun memiliki ilmu yang luhung penuh dengan kebijaksanaan serta Deudeuhan, Weulasan dan Asihan,” ujar Abah Aka.
Menurut Wangsit Leluhur, lanjut Abah Aka, ciri Sumedang akan mulai Gemah Ripah Loh Jinawi dengan tanda Hirup Gotong Royong Sauyunan, Hirup Kumbuh Babarengan, dengan saling bantu, saling mengingatkan. Dan untuk mendapatkan Uga itu bisa lebih lama bisa juga lebih cepat.
“Kalau memang ingin cepat mendapatkan Uga Sumedang dengan datangnya “Budak Angon” itu. Ya tinggal merubah nasib dengan sendirinya Uga segera akan diraih,” ucapnya.
Kondisi saat ini, Sumedang dalam keadaan Suram ibarat pepatah Sunda”Geulis Gunung”. Artinya dari jauh sangat cantik dan cemerlang namun dari dekat Suram dan tidak elok. Hal ini, karena masih banyak “Ucing Geuringna,” banyak tidak jujur karena ucapan “A”nya tidak jelas jadi “Balelol” jelimet.
“Tinggal berdoa dan banyak eling agar “Budak Angon” segera menampakan diri, segera keluar demi kemajuan Sumedang, lalu tumbuhkan dan bangun kembali Budaya Yang namanya Sumedang Puseur Budaya harus diwujudkan dengan karya, berbanggalah Sumedang menjadi Puseur Budaya Sunda karena bukti sejarah Sumedang. Bukan malah sebaliknya Budaya ditiadakan bahkan tidak dipelihara dan dicintai, maka siap-siap menunggu kehancuran,” tandasnya.