INISUMEDANG.COM – Sekarang, saya hanya bisa beristighfar, saya orang yang besar akan dosa, saya penuh dengan kesombongan. Kadang kalau mengingat kejadian yang sudah dilakukan sedih dan betapa bodohnya saya ini.
Padahal, hidup hanya ada empat perkara. Yang pertama Giat Sholat, Giat Bekerja, Giat Sodakoh dan yang ke empat jangan pernah berharap ingin kaya. Kata ujar Dedi (59) Seorang Tokoh Masyarakat yang tinggal sekaligus buka warung makanan dan kopi di Area Jalan Paniis Cadas Gantung Rancakalong Sumedang,
Dijelaskan Dedi, Giat Sholat artinya lakukanlah ketika sudah waktunya jangan pernah menunda nunda waktu nya Sholat. Lebih jauhnya dilengkapi dengan Sholat sunat dan itu ibadah syariatnya. Hakikatnya adalah hati dan pikiran harus seirama, sejalan jangan bertolak belakang, dengan bernapas selalu mengucapakan dalam hati Hu Allah. Ketika Hu tarik napas dan ketika Allah napas dikeluarkan, hal itu yang akan membawa keteguhan dan bisa melaksanakan Rohman dan Rohim. Jiwa senantiasa akan menemukan ketenangan karena selamanya Dzikir kepada Allah SWT.
“Giat Bekerja maksudnya adalah rejeki harus tetap dicari, rejeki tidak akan ujug-ujug datang dengan sendirinya, karena Allah SWT tidak menciptakan sengsara, yang menciptakan sengasara hanya manusianya itu sendiri, karena malas bekerja. Sementara, Giat Sodakoh maksudnya jangan pernah telapak tangan selalu meminta melainkan harus memberi, intinya adalah semakin banyak memberi bukan berarti berkurang melainkan akan semakin bertambah banyak, apapun itu, mau tenaga, pemikiran, materi ataupun doa,” ujarnya.
Hidup Hanya Empat Perkara, Tidak Butuh Kepintaran Kalau Hanya Untuk Merusak
Dan yang ke empat tadi, lanjut Dedi, jangan pernah ingin kaya, maksudnya adalah harta ataupun kekayaan akan mengelapkan mata lahir dan mata bathin, banyak sekali dampaknya ketika segala sesuatunya sudah berubah. Tapi, mintalah keberkahan dengan Ridhonya Allah SWT yang bersifat Maha, Insya Allah segalanya akan bermanfaat bagi semuanya.
“Saya sendiri tidak butuh kepintaran kalau hanya untuk merusak. Lebih baik saya menjadi orang yang sederhana, dengan pakaian yang yang seperti ini, apa adanya tapi mengerti. Setiap pribadi orang pada dasarnya tidak memiliki harta benda, kenapa begitu? Contoh kecil saja, baju yang dipakai apa diri sendiri yang membuatnya? Kan tidak. Semua hasil orang lain, begitupun sebaiknya, jadi mana yang sejatinya milik sendiri?,” Tanya Dedi.
Dedi mencontohkan kembali, dirinya buka warung ditempat Cadas Gantung ini, kalau tidak ada yang lewat dari , Tasik atau dari mana saja setidaknya jajan ditempatnya, apakah bisa makan? Kan tidak. Jadi, hidup harus Rohman dan Rohim kepada sesama manusia, Alam disekitarnya, berikut hewan juga.
“Saya pernah menguji apa itu manfaat Sodakoh, kebetulan di kebun ada pohon jengkol yang sudah matang, lalu saya panen sampai dapat dua karung. Dua karung jengkol itu saya simpan diwarung, setiap ada orang saya bagikan jengkol itu, tak peduli orang mana. Namun, apa yang saya dapatkan?, ternyata, saya dapat beras, saya dapat singkong dan lain lainnya secara gratis, kalau dinilai dengan uang yang orang lain itu berikan ke saya, nilainya lebih dari harga jengkol kalau misalkan saya jual,” tutur Dedi.
Umur 63 Itu Bonus Untuk Segera Perbaiki Diri
Akhir cerita, tambah Dedi, bahwa manusia itu tidak memiliki apa apa, semua hasil karya orang lain, begitupun sebaliknya. Lalu mana milik sejatinya?. Persoalan keyakinan selama masih hidup tidak akan habis untuk dipelajari dan menjadi Ilmu, yang habis adalah umur manusianya.
“Lalu mau apalagi, umur manusia hanya sampai 63 tahun sesuai dengan Nabi Muhammad SAW. Ada lebih umur dari 63 itu bonus untuk segera perbaiki diri, cari sejatinya diri, Dimana, Mau Kemana, Akan Kemana. Disebut Manusia paling sempurna karena memiliki pemikiran dan akal, gunakanlah itu dengan hati yang bersih dan suci, semua pasti bisa karena punya akal dan pemikiran yang tidak bisa adalah orang yang malas, orang malas akan celaka dengan ulahnya sendiri,” pungkasnya. Tamat.