Pemkab Bandung Targetkan Kasus Stunting Turun Jadi 17,5 Persen Tahun 2024

Kasus Stunting di Bandung
Kepala DP2KBP3A Kabupaten Bandung Muhamad Hairun

BANDUNGPemkab Kabupaten Bandung melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menargetkan kasus stunting menurun menjadi 17,5 persen tahun 2024.

Mewakili Pemkab Bandung, Kepala DP2KBP3A Kabupaten Bandung Muhamad Hairun mengatakan. Target tersebut masih lebih tinggi dari target nasional yang menginginkan kasus stunting di tiap daerah bisa turun hingga 14 persen.

“Sebenarnya kami juga ingin target penurunan kasus stunting kitab isa sampai 14 persen. Bukan tidak mungkin juga. Tapi kita menargetkan tidak tidak muluk-muluk lah, realistis saja. Sehingga kita targetkan 17,5 persen penurunan kasus stunting di tahun 2024,” kata Hairun, Senin 19 September 2022.

Ini Baca Juga :  Soal Layanan Kesehatan di Perbatasan Kabupaten Bandung, Ini Langkah Bupati

Hairun menyebut pada 2021 lalu, kasus stunting di Kabupaten Bandung mencapai 31 persen. Angka ini menjadikan Kabupaten Bandung menduduki peringkat ketiga kasus stunting di Jawa Barat.

Sementara Jawa Barat sendiri, lanjut dia, kasus stuntingnya mencapai 24,5 persen di tahun 2021. Sementara tahun 2022 ini kasus stunting di Kabupaten Bandung ditargetkan turun menjadi 26,30 persen.

“Untuk tahun 2023 kita targetkan kasus stunting mengalami penurunan hingga menjadi 22 persen dan tahun 2024 turun lagi menjadi 17,5 persen. Memang berat targetnya, tapi kita akan terus berupaya,” ungkapnya.

Ini Baca Juga :  H-1 Lebaran 2023 Diprediksi Jadi Puncak Arus Mudik di Jalur Nagreg

Yang terpenting, disampaikan Kepala DP2KBP3A, adalah bagaimana upaya Pemkab Bandung dan jajarannya untuk dapat mengendalikan dan menurunkan kasus stunting.

“Sebenarnya penanganan stunting ini bukan hanya tanggungjawab pemda, tapi juga masalah Bersama, baik masyarakat, swasta, dan multisektor di mana kit harus melakukan akselerasi dan intervensi demi tercapainya penurunan kasus stunting ini,” tuturnya.

“Intervensi yang dilakukan antara lain memberikan asupan gizi dan proteinnya pada masa pertumbuhan bayi hingga usia maksimal dua tahun,” ucap Hairun menambahkan.