INISUMEDANG.COM – Rumah milik Kokom 60 tahun warga Lingkungan Darangdan RT 06 RW 08 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Kondisi halaman dan sebagian rumahnya miring akibat tebing nya tergerus air sungai Cipeles.
“Ah mau diapakan lagi, sudah pasrah saja, kalau Allah SWT masih sayang ke Keluarga saya pasti akan bertahan dan selamat. Dan kalau ada rejeki mah saya ingin pindah dari tempat ini, beli tanah dan rumah yang aman dan nyaman. Namun, apa boleh buat, suami saya kerja hanya serabutan, sesekali kerja kuli turunkan pasir di mobil truk”. Kata Kokom kepada IniSumedang.com Sabtu kemarin 28 Mei 2022 di kediamannya.
Dulu, kata Kokom, tebing pembatas antara halaman rumahnya dengan sungai Cipeles masih luas. Sekarang makin hari makin mendekat rumah, halaman jadi sempit karena tebingnya tergerus terus air sungai Cipeles.
“Sudah senang saya dan keluarga bisa kredit Kasur Spring Bad, TV, lemari, begitu lunas habis sudah barang tersebut terbawa banjir. Kini saya hanya memakai karpet kalau tidur, yang diberi bantuan waktu banjir pertama pada tahun 2016 yang lalu. Alhamdulillah, bantuan mulai dari katel (penggorengan), panci juga ada, sampai beras dan pakaian bekas, tapi itu kan hanya sesaat saja,” tuturnya.
Sejak menikah dan lahir, hingga memiliki 4 putra dan yang 3 nya sudah menikah. Sambung Kokom, dirinya sudah di tempat tersebut.
Nasib Warga Sendiri Oleh Pejabat Tidak Terdengar
“Jadi, di rumahnya itu hanya bertiga, tapi ketika hujan sudah pasti sekeluarga begadang karena ditakutkan secara tiba tiba air sungai Cipeles meluap kembali,” ujarnya.
“Yang bikin heran, di sebrang rumah kami ini sama juga kena imbas banjir, tapi di tempat itu sudah di bangun TPT, dari sini juga terlihat, mending kalau pemukiman, ini mah tidak, entah bantuan pemerintah atau modal sendiri bangun TPT nya itu. Saya mah suka ketawa kalau sekarang, lihat orang pakai seragam ngukur lagi, terus ada lagi datang, ngukur lagi tebing yang mau di bangun TPT,” tambahnya.
Keadaan ini, lanjut Kokom, sudah berlangsung lebih dari 5 tahun masih belum juga di bangun TPT. Dan lucunya, ada yang sibuk mengukur dan melaporkan ke pimpinan. Namun tidak ada realisasinya hingga kini, sementara nasib warga sangat terancam oleh banjir.
“Kami tinggal di sini itu bukan di desa tapi di lingkungan Kelurahan, dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Sumedang. Setiap pejabat yang lewat pakai pengawalan juga sering terdengar tapi nasib warga sendiri oleh pejabat tidak terdengar. Mau sampai kapan nasib kami ditangani?,” tanya Kokom.
Yang lebih sedih lagi, tambah Kokom, terjadi seminggu sebelum Idul Fitri kemarin. Arisan kue dan sembako hasil ikut arisan sudah setahun dan sudah persiapan mau lebaran berikut baju lebaran pun sudah ada. Tiba-tiba banjir yang kedua datang lagi, kue dan baju, lemari dan tv serta kasur Spring bad juga lenyap seketika oleh air sungai Cipeles yang meluap akibat hujan lebat.
“Saya hampir tiga hari baru selesai bersih bersih di rumah karena lumpurnya sangat parah sekali. Tak terasa sudah 5 tahun lebih terjadi lagi banjir, kondisi rumah dan halaman yang menyempit sudah tidak saya hiraukan lagi, hanya berdoa saja lah,” ucapn Kokom menandaskan.