INISUMEDANG.COM – Keberadaan bentuk tubuh Jin tidak berbeda jauh dengan tubuh manusia, hanya saja ada beberapa perbedaan.
Perbedaan antara Manusia dan jin antara lain yakni bentuk hidung mereka pesek dan bulat lebih jelek daripada hidung laki-laki dan wanita yang ada dimuka bumi.
“Mata mereka memanjang lebih mirip seperti kuda dan ada yang mirip kucing. Tangannya mirip dengan tangan manusia, cuma dari segi panjang lengan dan kuku terbilang panjang bila dibandingkan dengan keadaan tubuhnya dan lengan manusia.” tutur Ustad Abdullah asal Sumedang, Senin 14 Maret 2022
Menurutnya, dalam keterangan disebutkan bentuk dan sosok tubuh jin sebagai umat Islam harus menyadari bahwa perkara yang berhubungan dengan wajah dan bentuk tubuh Jin adalah perkara gaib.
“Jadi intinya jin itu mahluk gaib yang tidak dapat ditentukan dengan praduga (zhann). Nash yang berkaitan dengan perkara gaib adalah,
وعنـد ومفاتح الغيب لا يعلمها إلاهو…
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri….” (al-An’aam: 59)
قل لا يعلم من في السموات والأرض الغيب إلا الله
“Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah….” (an-Naml: 65),” imbuhnya
Ada Batasan Yang Tidak Dapat Diketahui Oleh Manusia
Lebih jauh ia mengatakan, tuhan sudah mencipatkan Jin dan Manusia dengan alam yang berbeda. Hidup dialam masing-masing.
Ada batasan yang tidak dapat dan tidak diketahui oleh manusia terhadap sesuatu yang berkaitan dengan alam gaib kecuali dengan seijin Allah. Sebab hal itu merupakan rahasia Allah, mengapa hal itu tidak diterangkan dalam nash yang jelas sehingga manusia dapat mengetahui dengan pasti tentang bentuk tubuh jin dan malaikat.
Mungkin saja mudharat-nya lebih besar ketimbang manfaatnya. Dalam kaidah Islamiah telah di tetapkan.
Segala sesuatu yang mudharat, tambah Abdullah, bahayanya lebih besar dari manfaatnya adalah haram. Syariat Islam dengan jelas hanya menghalalkan sesuatu yang bermanfaat atau yang kemanfaatannya lebih besar daripada mudharat-nya dan mengharamkan segala sesuatu yang hanya menimbulkan mudharat atau sesuatu yang mudharat-nya lebih besar daripada manfaatnya.
“Marilah kita sama-sama menghargai batasan-batasan yang sudah ditetapkan Allah dengan nash-nash yang jelas. Seorang mukmin hendaknya tidak mengotori hatinya dengan memercayai perkataan setan dan meninggalkan kalam kalam Allah. Wallohu a’lam Bishawab whassawab,” tandasnya.