INISUMEDANG.COM – Menjulang tinggi pohon beringin tepat berada ditengah makam keramat di lingkungan pemukiman Manangga Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
Konon, tidak sembarang orang dapat memotong ranting-ranting Pohon Beringin besar yang diperkirakan berusia ribuan tahun dan memiliki tinggi sekitar 200 meter ini
Menurut salah seorang warga di Lingkungan Manangga, dari dulu tidak ada seorang wargapun yang berani menebang ataupun memangkas hanya ranting dari pohon beringin itu.
Sempat ada yang berani memotong ranting dengan niat untuk merapikan pohon beringin itu, tapi usai memotong ranting beringin tersebut, warga itu langsung jatuh sakit.
“Dulu katanya ada yang naik ke pohon beringin itu, tapi saat sedang berada diatas pohon itu, warga mengaku ada bisikan ghaib yang melarangnya. Bahkan dalam bisikan itu, mengancam keluarga warga yang sedang memotong ranting pohon beringin itu,” ujarnya.
Selain itu, untuk memotong ranting beringin yang berusia ribuan itu, harus dilakukan ritual khusus dan tidak sembarang orang dapat memotongnya.
“Ada juga orang yang memotong ranting dengan ritual khusus. Tapi setelahnya warga itu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia,” tuturnya.
Tak hanya sampai disitu, katanya juga, konon burung yang melintas di atas pohon beringin itu, akan jatuh dan mati.
Bahkan, pohon beringin ini tak pernah mati walaupun sudah tersambar petir hingga empat kali.
“Saya melihat sendiri, pohon beringin tersebut sudah empat kali disambar petir. Namun tidak seperti pohon umumnya yang tersambar petir langsung mati. Pohon beringin ini malah makin tumbuh subur, seperti tidak terpengaruh oleh besarnya daya listrik dari petir itu,” ucapnya.
Makam Keramat Manangga Merupakan Situs Makam Leluhur
Seperti diberitakan sebelumnya, jika makam keramat Manangga disebut merupakan situs makam leluhurnya Sumedang.
Hal ini diutarakan Dewi Aisah juru kunci atau kuncen ke-7 bahwa, Makam Keramat Managga adalah makam leluhurnya Sumedang yaitu Rd. Aria Sacapati yang merupakan keturunan ke-5 dari Pangeran Prabu Geusan Ulun sebagai raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang.
Namun, kata Dewi Aisah yang lebih akrab dipanggil mak Isah ini, makam situs sejarah leluhur Sumedang ini, nyaris tidak kenal masyarakat. Bahkan orang Sumedang sendiri tidak mengenal makam leluhurnya yang seolah tersembunyi meski ditengah kota Sumedang.
“Begitu pula dengan peziarah. Situs makam ini jarang sekali dikunjungi, meskipun ada sekali-kali, itu pun berdasarkan petunjuk dari mimpi atau petunjuk Paranormal. Namun peziarah itu selalu dikabulkan niat dan tujuannya,” tutur Mak Isah saat ditemui di Kediamannya, Sabtu 15 Januari 2022.
Dewi Aisah yang mengaku sebagai juru kunci ke-7 dimulai sejak tahun 1991, yang juga masih garis keturunan dari kuncen di situs makam tersebut.
Mengaku pada 5 tahun lalu, dirinya telah turunkan status juru kunci kepada anaknya Ayub sebagai juru kunci ke-8 makam Keramat Eyang Rd. Aria Sacapati.
Sekilas dijelaskan silsilah Eyan Rd. Aria Sancapi yaitu anaknya Eyang Dalem Banda Yuda sebagai anak Kanjeng Dalem Rangga Gede yang merupakan anak Pangeran Geusan Ulun yang anak Pengeran Santri.
“Sehingga Rd. Aria Sancapati merupakan buyut Pangeran Prabu Geusan Ulun sebagai raja terakhir kerajaan Sumedang Larang,” ujarnya.