Mahasiswa P2MB UPI Sumedang Gelar Sosialisasi “Stop Pernikahan Dini” sebagai Upaya Pencegahan Stunting Sejak Dini di Desa Cibubuan

Sumedang, 26 Oktober 2025 – Dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam pencegahan stunting dan meningkatkan kesadaran remaja terhadap bahaya pernikahan di usia muda, mahasiswa Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan (P2MB) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Sumedang Kelompok 29 menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bertajuk “Stop Pernikahan Dini dalam Rangka Pencegahan Stunting Sejak Dini”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu, 26 Oktober 2025 bertempat di Gedung Olahraga (GOR) Desa Cibubuan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Kegiatan yang melibatkan Bidan Desa Cibubuan serta Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Conggeang ini diikuti oleh remaja putra dan putri berusia 12–21 tahun, kader kesehatan, serta sejumlah aparatur desa yang turut hadir sebagai tamu undangan.

Dalam sambutan pembuka, perwakilan mahasiswa P2MB Kelompok 29 menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam memberikan edukasi dan meningkatkan literasi masyarakat, khususnya remaja, mengenai kesehatan reproduksi dan kesiapan menuju jenjang pernikahan. Edukasi ini menjadi penting karena fenomena pernikahan dini masih sering dijumpai dan berpotensi meningkatkan risiko stunting akibat ketidaksiapan fisik dan mental calon ibu muda.

Sosialisasi menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Rostini Rohayanti, AMK., S.Keb., BDN, selaku Bidan Desa Cibubuan, dan Endang Darsono, S.Ag., M.Si, selaku Kepala KUA Kecamatan Conggeang.
Dalam pemaparannya, Rostini menekankan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan pemenuhan gizi seimbang sejak masa remaja. Ia menyampaikan bahwa remaja perempuan yang menikah di usia terlalu muda memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan serta bayi yang lahir dengan kondisi stunting.

Ini Baca Juga :  Di Bawah Kepemimpinan Kepsek Ini, SDN Sirnagalih Jatinangor Sumedang Mulai Bangkit Lagi

“Pernikahan dini tidak hanya berdampak pada kesiapan mental, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah atau stunting. Karena itu, menunda pernikahan hingga siap secara fisik, mental, dan ekonomi merupakan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan generasi berikutnya,” ujar Rostini dalam pemaparannya.

Sementara itu, Endang Darsono, S.Ag., M.Si, menjelaskan pernikahan dini dari sisi hukum dan agama. Ia menegaskan bahwa pernikahan idealnya dilakukan dengan kesiapan penuh agar tujuan membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah dapat terwujud.

“Dalam pandangan agama dan hukum, pernikahan merupakan ibadah yang besar tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kesiapan lahir dan batin menjadi hal utama sebelum seseorang memutuskan untuk menikah. Tanpa kesiapan tersebut, justru dapat muncul berbagai persoalan yang berujung pada ketidakharmonisan keluarga,” tuturnya.

Kegiatan berlangsung secara interaktif melalui sesi diskusi dan tanya jawab. Para peserta terlihat antusias mengajukan pertanyaan seputar batas usia ideal pernikahan, cara menjaga kesehatan reproduksi, serta dampak psikologis dari menikah di usia muda. Salah satu peserta, Syaepul, menyampaikan kesan positifnya setelah mengikuti kegiatan ini.

Ini Baca Juga :  Mau Tahu Kecamatan di Sumedang yang Paling Banyak Angka Pernikahan di Bawah Umur? Yuk Simak Disini

“Sosialisasi Stop Pernikahan di Usia Dini sangat bermanfaat bagi saya untuk mempersiapkan diri di masa depan dan tidak menikah di usia muda. Dari kegiatan ini saya jadi tahu bahwa ternyata ketika kita belum siap untuk menikah, banyak sekali dampak negatif yang bisa terjadi, baik bagi diri sendiri maupun bagi anak yang akan dilahirkan,” ujar Syaepul dengan penuh semangat.

Selain itu, Ibu Ade Awang, selaku KPM (Kader Pemberdayaan Masyarakat) Desa Cibubuan, turut memberikan pandangannya terhadap kegiatan ini.

“Sosialisasi Stop Pernikahan di Usia Dini sangat penting bagi masyarakat, khususnya di Desa Cibubuan. Apalagi saat ini kondisi di Kabupaten Sumedang sedang tidak baik-baik saja dalam hal angka pernikahan usia muda dan kasus stunting. Melalui kegiatan ini, remaja menjadi lebih memahami dampak negatif dari menikah terlalu dini serta pentingnya mempersiapkan diri sebelum membangun rumah tangga,” tutur Ibu Ade.

Senada dengan hal tersebut, Ibu Etin Sukatmawati, selaku kader kesehatan Desa Cibubuan, juga menilai bahwa kegiatan ini membawa dampak positif bagi masyarakat.

“Melalui sosialisasi ini, masyarakat jadi lebih tahu mengenai dampak pernikahan dini, baik bagi suami, istri, maupun anak. Kegiatan ini juga sangat relevan dengan isu stunting, karena ketika ibu hamil dalam usia yang masih muda, kondisi rahim belum kuat sehingga perkembangan janin dapat terganggu dan berisiko menyebabkan stunting,” jelas Ibu Etin.

Ini Baca Juga :  Ruang Kelas Rusak Berat, Siswa SD di Sumedang Ini Terpaksa Belajar di Mushola dan Ruang Perpustakaan

Kepala Desa Cibubuan yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada mahasiswa P2MB UPI Sumedang atas inisiatif dan kepedulian mereka terhadap isu sosial di masyarakat.

“Kami sangat mendukung kegiatan seperti ini karena memberikan edukasi yang penting bagi remaja desa kami. Harapannya, kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk turut berperan dalam pembangunan masyarakat,” ungkapnya.

Melalui kegiatan sosialisasi ini, mahasiswa P2MB UPI Sumedang berharap dapat menumbuhkan kesadaran di kalangan remaja Desa Cibubuan untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait masa depan, khususnya dalam hal pernikahan. Diharapkan pula kegiatan ini dapat berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting dan pembangunan generasi muda yang sehat, cerdas, serta berkarakter.

Dengan terselenggaranya kegiatan ini, UPI Kampus Sumedang melalui program P2MB kembali menunjukkan komitmennya untuk berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat desa, terutama dalam bidang kesehatan dan pendidikan, guna mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 yang bebas dari stunting dan siap menghadapi tantangan masa depan.