Kisah Pilu R, Yang Harus Berjuang Meyembuhkan Penyakit TBC-RO dan Mencari Nafkah Buat Keluarganya

TBC RO

INISUMEDANG.COM – Tugas utama dari suami adalah mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarga. Namun berbeda dengan R (yang meminta namanya disembunyikan), salah seorang warga asal Kecamatan Sumedang Selatan.

Diusianya yang terbilang masih muda yaitu 26 tahun, selain harus berjuang untuk menafkahi keluarga. R juga harus berjuang untuk kesembuhannya dirinya sendiri yang divonis Tuberkulosis Resisten Obat (TBC-RO).

Menurut R, penyakit yang dideritanya itu, gejala awalnya dirasakan sekitar 8 atau 9 bulan yang lalu.

“Waktu awal merasakan kesehatan terganggu. Saya menyangka terkena penyakit typus. Namun kondisinya, makin lama malah semakin parah dengan badan menggigil dan meriang setiap harinya selama satu bulan. Tak hanya itu, berat badan saya pun turun secara drastis sekitar 11 kilo dalam kurun waktu 30 hari saja”. Ungkap R bersama istrinya kepada IniSumedang.Com saat mengambil obat, sekaligus konsultasi rutin di Puskesmas Kecamatan Sumedang Selatan. Kamis (20/10/22).

Bahkan satu minggu sebelum divonis terkena TBC-RO, lanjut R, Istrinya kerap melihat dirinya sangat berkeringat saat tidur dimalam hari.

Ini Baca Juga :  Urai Kemacetan, Dishub Sumedang dan Tim Gabungan Lakukan Rekayasa Lalin

“Saya merasakan kelelahan luar biasa kalau berjalan sedikit menanjak. Dan jika kedinginan atau setelah mandi, pasti saya mengalami batuk-batuk,” ujarnya.

“Selama itu, saya masih menganggap bahwa dirinya terkena typus. Namun setelah diperiksa lalu di rontgen, ternyata hasilnya saya terkena TBC-RO. Saya juga bingung ini tertular dari siapa, karena di lingkungan dan rekan kerja, serta teman dekatnya tidak ada yang mengidap penyakit tersebut,” tambah R.

Penglihatan Terganggu

R menuturkan, setelah divonis mengidap TBC-RO yang berdampak pula terhadap penglihatannya yang terganggu. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti bekerja di bengkel dan fokus pada penyembuhannya.

Selanjutnya, sambung R, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kini dirinya hanya berjualan di rumah dan mencoba jual beli motor bekas secara online dan dibantu istrinya yang juga turut berjualan makanan atau jajanan.

“Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tentunya semakin berat. Dan dari segi ekonomi pun turut merosot, karena sebelum terkena TBC-RO, saya bekerja di bengkel yang penghasilannya cukup untuk sehari-hari. Sekarang ini berbeda dengan dulu, karena harus fokus ke penyembuhan dan juga menghidupi keluarga dari jualan yang tidak menentu secara penghasilannya,” keluhnya.

Ini Baca Juga :  Antisipasi Beredarnya Obat Sirup Mengandung EG dan DEG, Polsek Pamulihan Sasar Apotek

R juga tidak menampik, bila awal-awal dirinya divonis TBC-RO secara sosial, masyarakat tentu ada ketakutan dari tetangga atau lingkungan sekitar.

Namun seiring berjalannya waktu, tetangga dan masyarakat sekitar pun sudah mulai terbiasa dan memaklumi. Yang terpenting adalah saat beraktifitas dirinya selalu menggunakan masker.

“Jangankan tetangga atau masyarakat di lingkungan, Istri saya pun awalnya merasa ketakutan. Tetapi atas dasar kasih sayang dan juga ingin suaminya kembali sehat, ia mulai terbiasa. Ia mengatakan siap berjuang bersama demi kesembuhan suaminya,” ucap R.

“Alhamdulillah, dari keluarga besar pun terus memberikan support dan semangat yang terbaik demi kesembuhan saya,” sambungnya lagi.

Bantuan Sosial Dalam Proses Penyembuhan TBC RO

R mengaku, dalam proses penyembuhan dari TBC-RO ini, dirinya juga mendapat bantuan sosial seperti sembako dan juga bantuan dari RSHS Bandung untuk mengganti ongkos konsultasi ke bandung.

Ini Baca Juga :  Kasus Harian Covid-19 di Sumedang, 46 orang Terkonfirmasi Positif Baru dan 35 orang Sembuh

Kemudian untuk ketersediaan obat, R mengatakan, merasa cukup maksimal ketersediaan obat selalu ada dan tidak banyak proses atau prosedur untuk hal ini.

“Sejauh ini meskipun dalam situasi kondisi kesehatan dan juga kondisi perekonomian keluarga yang terganggu merasa semangat dengan adanya dukungan dari semua pihak,” ujarnya menandaskan.

Sekedar informasi, Tuberkulosis Resisten Obat (TBC-RO) adalah kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis kebal terhadap obat TB lini 1, akibatnya pasien yang mengalami TBC RO harus melakukan kombinasi obat (obat lini 2) dan pengobatan lebih lama (9 – 24 bulan) hal tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kebal dan lebih susah untuk disembuhkan, sehingga penanganan yang harus dilakukan lebih sulit.

Penyebab TBC-RO disebabkan oleh pasien yang tidak teratur menelan OAT (Obat anti TBC) sesuai panduan, menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya, tidak memenuhi anjuran dokter/petugas kesehatan, gangguan penyerapan obat atau dapat disebabkan oleh tertular dari pasien TBC-RO lainnya.