Kisah di Luar Nalar Saat Ziarah ke Makam Leluhur Sumedang

kisah pemancing
Ilustrasi bayangan Hitam/Poto: Istimewa

Secara Logika Tidak Mungkin

“Ke anehan itu, saya tidak ambil pusing. Dan kaseupuhan itu pun langsung memberikan pusaka ke pihak museum. Saya tidak begitu memperhatikan pusaka apa yang diserahkan ke museum, tapi katanya pusaka itu di datangkan dari Belanda, dan harus di serahkan ke Sumedang karena ada pasangannya di museum itu,” ujarnya.

Setelah selesai memberikan pusaka. Maka bersiap lah berangkat ke makam Terong Peot di Desa Cikondang Kecamatan Ganeas.

“Tepat pukul 13.30 WIB, kami berangkat dengan dua mobil sekaligus, sepanjang jalan saya memikirkan, apa bisa sampai dengan waktu setengah jam, apalagi naik mobil seperti ini. Anehnya, meskipun dengan logika tidak mungkin, tapi kenyataannya memang sampai ke makam Eyang Terong Peot, tepat pukul 14.00 WIB”

Ini Baca Juga :  Dijuluki Banteng Sumedang yang Gagah Berani, Begini Kisah Eyang Kana'an

“Saya heran, dan sampai sekarang tidak habis pikir. Dan kaseupuhan itu berbisik ke saya, karena mungkin melihat saya masih bingung, “Apih tidak udah bingung, dan banyak pikiran, berdoa saja yah,”. Ketika rombongan itu mulai ritual doa, mata saya tidak berkedip, ketika saya buka mata di tengah ritual sedang berjalan. Orang yang saya panggil kaseupuhan itu sedang bersila dan melayang menghampiri makam dan pohon yang ada di sana, setelah itu kembali lagi ke tempat duduk semula,” tuturnya.

Ini Baca Juga :  Tugas Pokok Bagian Organisasi Pada Setda Kabupaten Sumedang

Setelah selesai berdoa, dan semua mengucapkan syukur, tiba-tiba kaseupuhan itu kembali berbisik dan berkata “Apih kenapa tadi matanya melek sampai tak berkedip, tapi tidak jadi masalah, kalau berdoa yang serius yah,” kata Apih menirukan apa yang dibisikkan kepadanya.