BANDUNG – Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Bandung yakin di ajang Pemilu 2024 kesempatan kaum hawa di DPR semakin banyak seiring dengan tingginya animo untuk mendaftar menjadi bakal caleg.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang KPPI Bandung Rieke Suryaningsih mengatakan, keterwakilan dan partisipasi politik dari kalangan perempuan adalah fondasi penting dalam masyarakat yang inklusif dan berkeadilan termasuk di Indonesia.
“Jumlah perempuan dalam legislatif terus memperlihatkan laju kuantitas yang semakin baik. Dari total 575 anggota DPR RI periode tahun 2019-2024, sebanyak 20,52 persen atau sebanyak 118 orang adalah kursi yang ditempati oleh perempuan,” jelas Rieke.
Menurut Rieke, jumlah tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan dua periode pemilu sebelumnya yang tidak lebih dari 18 persen dari total kursi. Meski begitu, bagi Rieke, masih banyak kebijakan yang jauh dari perspektif perempuan.
“Seperti rancangan undang-undang pekerja rumah tangga yang belum kunjung disahkan atau peraturan turunan undang-undang pencegahan kekerasan seksual”. Tutur Ketua Dewan Pimpinan Cabang KPPI Bandung itu.
“Seorang profesor bidang bisnis dan kepemimpinan dari Universitas Amerika Serikat juga menyebutkan, pentingnya keterwakilan perempuan dalam sebuah organisasi. Ketika jumlah perempuan dalam sebuah organisasi kurang dari 15 persen, ada kecenderungan mereka akan menghindari penanganan isu gender,” ungkapnya menambahkan.
Urgensi Kehadiran Perempuan di Kursi Legislatif
Bakal caleg dari salah satu partai politik di Bandung Wiwi Hartanti memandang ada beberapa alasan dirinya ikut menjadi peserta di Pemilu 2024. Seperti, urgensi kehadiran perempuan dalam kursi legislatif adalah untuk melakukan harmonisasi.
“Dunia politik itu seperti hutan belantara yang luas dan mengharuskan kita untuk cepat belajar dengan cepat. Sehingga semua peran sebagai muslimah tidak terabaikan,” kata Wiwi.
“Dengan keterlibatan perempuan bisa berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak. Diharapkan kehadiran kita bisa menuntaskan permasalahan tersebut di Bandung,” ucapnya menambahkan.
Wiwi memaparkan, beberapa permasalahan yang masih menjadi PR di bangsa ini. Antara lain angka ibu meninggal karena melahirkan, angka stunting, KDRT, dan human trafficking masih tinggi.
Sehingga, lanjut dia, melalui Pendidikan Politik Bagi Perempuan, diharapkan para perempuan yang masuk dalam dunia politik mampu meningkat kualitasnya.
“Pertama kali yang merasakan manfaatnya adalah keluarganya. Bagaimanapun keterlibatan kita di dunia politik adalah untuk mengokohkan peran keluarga karena keluarga adalah benteng. Ketika kualitas keluarga kokoh, maka kita mampu mengatasi semua permasalahan di bangsa ini,” tutur Wiwi.