SUMEDANG – Kebijakan Gubernur Jawa Barat yang memperbolehkan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menampung hingga 50 siswa per kelas menuai sorotan tajam dari pihak sekolah swasta. Selain dinilai memicu kelebihan kapasitas di sekolah negeri, kebijakan ini juga dinilai menjadi penyebab sepinya peminat di sekolah swasta.
Salah satu contoh terjadi di SMAN Cimanggung yang tercatat menerima hingga 600 siswa baru tahun ini. Jumlah tersebut setara dengan 12 kelas, masing-masing berisi 50 siswa. Padahal, kapasitas ideal sekolah tersebut hanya untuk 10 kelas dengan 36 siswa per kelas.
Menurut pihak Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Swasta Cimanggung, rekrutmen besar-besaran tersebut berdampak pada berkurangnya jumlah siswa yang sudah lebih dulu mendaftar ke sekolah swasta.
“Kami berharap ada toleransi atau itikad baik dari pihak SMAN Cimanggung untuk tidak memaksakan siswa masuk hingga 50 per kelas,” ujar Karimansyah salah satu Wakasek SMA swasta di Cimanggung Jumat (11/7).
Ia mengaku, setidaknya 83 siswa yang sudah mendaftar di sekolah swasta memilih pindah ke SMAN Cimanggung.
Karim menilai, kebijakan tersebut seharusnya difokuskan untuk menjaring siswa dari program Penanggulangan Anak Putus Sekolah (PAPS) yang jumlahnya mencapai 190 ribu anak di Jawa Barat.
“Kalau pun SMAN menerima siswa tambahan, prioritaskan mereka yang benar-benar tidak mampu dan terancam putus sekolah. Bukan siswa yang sudah masuk sekolah swasta lalu dipanggil kembali ke sekolah negeri,” jelasnya.
Hal senada dikatakan Kepala SMA Guna Cipta, Muhamad Fadhlan Irfan Darmawan, menurutnya, jika memang benar siswa tidak mampu sepakat untuk dimasukkan ke program PPAS. Namun, harus ada monitoring dan pengawasan apakah benar dari kuota itu anak tidak mampu atau tidak. Caranya, pihak sekolah SMANCI harus mendatangi (kroscek) ke rumah calon siswa apakah benar benar tidak mampu atau tidak.
“Jangan sampai niat baik dari Gubernur dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Jadi, siswa mampu malah dimasukkan ke program PPAS, sementara siswa tidak mampu malah tidak terakomodir, karena tidak ada kroscek ke lapangan,” tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala SMAN Cimanggung, Abdur Ropik, belum memberikan tanggapan resmi terkait berita ini