INISUMEDANG.COM – Kesaktian Pangeran Panembahan atau Pengeran Rangga Gempol III sudah tidak diragukan lagi. Dimasa kepemerintahannya, Kerajaan Sumedang ada di puncak kejayaan. Bahkan, setelah meninggal pun, Pengeran Panembahan yang disemayamkan di Gunung Puyuh Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan ini. Menurut cerita warga dan Juru Pelihara di Makam Gunung Puyuh tersebut. Bahwa burung yang melintas di atas makam Pangeran Panembahan selalu berjatuhan ke bumi.
“Jadi, dulu memang, burung yang lewat di atas makam Pangeran Panembahan akan jatuh ke bumi. Itu berlangsung hingga tahun 2002 kejadian burung yang lewat diatas makam Eyang Panembahan berjatuhan ke bumi,” ujar Deni saat diwawancarai IniSumedang.com Jumat 4 Maret 2022 di kediamannya.
Sejak tahun 2002, kata Deni, sampai sekarang sudah tidak ada kejadian itu lagi, entah kenapa, atau kenapa, intinya memang sebelum tahun 2002 itu seringkali burung berjatuhan yang melintasi diatas makam eyang Panembahan.
“Soal burung berjatuhan itu merupakan hal aneh tidak masuk diakal manusia. Anehnya hanya melintasi di atas makam Eyang Panembahan saja burung berjatuhan, sementara, makam makam yang lain tidak,” Jelasnya.
Sekilas sejarah Pangeran Panembahan
(Rangga Gempol III, 1656-1706)
Menurut Pupuhu Kampung Buhun Sumedang R. Sopian Apandi mengatakan,
Pangeran Rangga Gempol III merupakan Bupati yang cerdas, lincah, loyal, berani dan perkasa.
Pada Pemerintahan Pangeran Rangga Gempol III penuh dengan perjuangan dan patriotisme yang berkeinginan mengembalikan kejayaan Sumedang Larang.
Pangeran Rangga Gempol III dikenal juga sebagai Pangeran Panembahan, gelar Panembahan diberikan oleh Susuhunan Amangkurat I Mataram karena atas bakti dan kesetiaannya kepada Mataram.
Kekuatan dan kekuasaan Pangeran Panembahan adalah paling besar di seluruh daerah yang dikuasai oleh Mataram di Jawa Barat berdasarkan pretensi Mataram tahun 1614.
Pada masa Pangeran Panembahan pula di Sumedang dibuka areal persawahan sehingga waktu itu kebutuhan pangan rakyat tercukupi.