INISUMEDANG.COM – Inilah tiga sumber sejarah yang menjadi acuan penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumedang yang sampai sekarang selalu diperingati setiap tanggal 22 April.
Beberapa sumber menyebutkan, penetapan Hari Jdi Kabupaten Sumedang yang pertama diambil berdasarkan naskah Sunda kuno Kitab Waruga Jagat yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H.
Meskipun dalam kitab itu kurang lengkap dalam pokoknya. Namun sangat membatu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk menjadi pegangan atau penentu Hari Jadi Kabupaten Sumedang.
Kitab Waruga Jagat itu menyebutkan, “Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir”. Artinya, Kerajaan Pajajaran runtag atau runtuh pada 14 Syafar Jim Akhir.
Kedua, diambil dalam Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjayakusumah yang menyertakan antara lain, “Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra. Harita teu kabawa kusasaha di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran”.
Artinya, Pengeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Kerajaan Sumedang Larang setelah Kerajaan Pajajaran habis.
Ketiga, dibuat Prof. Dr. Husein Djajadiningrat berjudul, “Critise Beshuocing van de Sejarah Banten”. Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibukota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Hari Pertama 1 Muharam tahun Alif.
Mengacu kepada tiga sumber sejarah tersebut, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Jadi Kabupaten Sumedang yang dihadiri para sejarawan telah sepakat yaitu Drs. Amir Sutaarga, Drs. Saleh Dana Sasmita, Dr. Atja dan Drs. A. Gurfani.
Dalam diskusi tersebut sukses menyimpulkan bahwa 14 Syafar Tahun Jim Akhir itu, jatuh pada tahun 1578 Masehi, bukan tahun 1579, tepatnya 22 April 1578.
Atas dasar dan landasan tersebut, DPRD Kawasan Tingkat II Sumedang waktu itu, keluarkan Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, tanggal 8 Oktober 1973, menetapkan tanggal 22 April 1578 sebagai Hari Jadi Kabupaten Sumedang.