INISUMEDANG.COM – Batu Dakon dan Tongkat Apung di Dayeuh Luhur Sumedang diyakini menjadi tempat Moksa Eyang Jaya Perkasa.
Menurut Dudu (65) juru kunci situs tersebut mengatakan Eyang Jaya Perkasa (Embah Sayang Hawu) yang dikenal Patih Agung Kerajaan Sumedang Larang. Juga dikenal sebagai manusia gagah tiada tanding (sakti mandraguna), beliau pergi meninggalkan Prabu Geusan Ulun, yang dituju adalah Puncak Gunung Rengganis.
“Kepergian beliau bertujuan untuk menyendiri atau mentafakur diri sendiri serta menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau duniawi (nyirnakeun diri). Eyang Jaya Pekasa akhirnya menghilang dengan tanpa meninggalkan jasad. Hanya sebelum menghilang (tilem) dan ada suara gaib yang datang ke Prabu Geusan Ulun persis suara Eyang Jaya Pekasa. Isi dari suara itu yaitu, yang pertama menjelaskan peninggalan beliau (Eyang Jaya Perkasa) yanga da di Puncak Gunung Rengganis ialah dua buah benda yang berupa batu, yang satu bekas duduknya, yang menurut para ahli sejarah disebut batu dakon, hingga sekarang masih ada dan suka diangkat oleh para penziarah,” jelasnya Kamis 10 Maret 2022.
Ia mengatakan, batu angkat jungjung atau batu Dakon peninggalan eyang Jaya Perkasa diyakini oleh sebagian orang mempunyai beberapa keistimewaan.
“Menurut cerita, batu dakon (Batu Pamongkanan) itu mempunyai keistimewaan. Yaitu: kalau kebetulan waktu diangkat terasa ringan. Maka Insya Allah yang dimaksud oleh yang mengangkat batu tersebut akan mudah tercapai dan begitu juga sebaliknya,” imbuhnya
Lebih jauh ia mengatakan, ada cara-cara yang harus di taati oleh para peziarah jika ingin mengangkat batu tersebut.
Selain Batu Dakon Peninggalan Eyang Jayaperkasa Adalah Sebuah Tongkat Yang Tidak Menyentuh Tanah
“Cara mengangkat Batu Dakon : Baca Istighfar 3 x, Sholawat 1x, lalu baca laa haulaa walaaquwaata Illabillahil aliyyil adsim” 1 x, dan batas mengangkat minimal sampai pusar sebanyak 3 x. ini sekedar cerita sepuh, kita boleh percaya boleh tidak,” tuturnya
Ia mengatakan, selain batu Dakon peninggalan Eyang Jayaperkasa adala sebuah tongkat yang tidak menyentuh tanah.
“Yang kedua berupa tongkat dengan tinggi 182 CM dan Madelin 27 Cm. Menurut cerita orang (Para Sesepuh Dayeuh Luhur), batu yang berdiri itu pada dulunya tidak kena pada tanah (terangkat dari tanah ± 30 Cm itu ditumpuk batu-batu kecil hingga kelihatan merapat dengan tanah dan sekarang batu tersebut dipagar ini dimaksudkan supaya konsentrasi pada penziarah tidak terganggu dan keamanan batu tersebut. Batu yang beridir tersebut menurut para ahli sejarah disebut batu Menhir,” imbuhnya
Ia berpesan siapapun yang hendak berziarah harus dengan hati yang suci.
“Selanjutnya berupa amanat Eyang Jaya Perkasa yang berbunyi. Barang siapa dari keturunan kerajaan ataupun yang lainnya yang maksud berziarah ke Eyang Jaya Perkasa. Tidak diperbolehkan membawa hati yang kotor (berniat jahat, penuh dengan iri dengki, hasud dan lain sebagainya),” pungkasnya.
Perlu diketahui Istilah moksa sendiri, sering didengar dalam agama Hindu dan Buddha. Yang memiliki arti kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan.