INISUMEDANG.COM – Sasak Bedeng begitulah warga menyebutnya, terhadap bangunan Benteng Darmaga Darangdan yang merupakan salah satu puing puing sisa-sisa dari benteng peninggalan Belanda yang masih ada hingga saat ini dan seakan-akan terlupakan di Kabupaten Sumedang.
Benteng Darmaga Darangdan (sasak bedeng) peninggalan Belanda ini, terletak di Lingkungan Darangdan Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan.
Memiliki ketinggian 6 meter, Benteng Darmaga Darangdan hingga kini masih berdiri kokoh dan membelah aliran sungai Cipeles. Yang juga membelah pusat kota Sumedang yaitu Kecamatan Sumedang Selatan dan Kecamatan Sumedang Utara.
Benteng tersebut berada di aliran sungai yang memisahkan Lingkungan Darangdan dan Nalegong. Bentuk bangunannya seperti bangunan bendung yang melintasi aliran sungai berupa pilar-pilar dari tembok yang berdiri sangat kokoh. seperti bangunan peninggalan Belanda lainnya yang ada di Sumedang.
Sayangnya 6 benteng bekas bendungan tersebut kini kondisinya tidak terurus. Hal itu terlihat dari besi besi bekas bendungan tersebut sudah tidak ada.
Berdasarkan literatur yang ada, benteng Darmaga ini memiliki fungsi sebagai benteng pertahanan dengan menggunakan fasilitas air sungai. Dengan memiliki pilar dengan pintu air yang lebih tinggi benteng Darmaga ini digunakan untuk membendung air Sungai Cipeles.
Bila pintu air benteng Darmaga ini ditutup. Maka air yang terbendungnya akan meluber ke daerah daratan yang berada di hilirnya dan lebih rendah.
Genangan air ke daratan itulah yang bakal digunakan oleh penjajah Belanda untuk menghambat laju gerakan musuh-musuhnya.
Pada tahun 1985-1990 an bedeng tersebut difungsikan warga untuk menjadi penghubung jalan Darangdan dan Nalegong, akan tetapi saat ini keadaannya sudah tidak bisa untuk dilintasi.
Benteng Darmaga Darangdan sendiri di kelilingi oleh pesawahan dan perkebunan milik Warga yang masih berproduksi hingga saat ini.