INISUMEDANG.COM – Suryadi Kusuma atau Eyang Kancing Caang merupakan salah seorang dari pasukan Kesultanan Banten yang turut menyerang Sumedang dengan pimpinan pasukannya Cilik widara.
Eyang Kancing Caang (Kancing Terang) memilih menetap di Talun dan dimakamkan di Kompleks Makam Sirnaraga Talun Pojok RT 01 RW 06 Kelurahan Talun Kecamatan Sumedang Utara.
Makam tersebut oleh masyarakat sebagai makam yang dikeramatkan dan banyak orang berziarah ke makam tersebut.
Memed (82) Juru Pelihara Makam Umum baik pun makam para leluhur yang berada di Area Makam Sirnaraga mengatakan, awal mula Beliau yang kala itu ikut sebagai pasukan yang akan menyerang Sumedang dengan pimpinan pasukannya Cilik Widara.
“Kisah dalam serangan Banten ke Sumedang ini bertepatan dengan Hari Jumat yang juga Hari Raya ‘Idul Fitri. Kala itu, rakyat dan Pembesar Sumedang berada di Masjid Tegal Kalong sedang melaksanakan shalat ‘Id. Pasukan Kesultanan Banten menyerang pusat pemerintahan Sumedang di Tegalkalong. Sehingga banyak yang gugur,” ungkap Memed saat diwawancarai IniSumedang.com Rabu16 Maret 2022.
Adapun pejabat Sumedang yang gugur diantaranya: Tumenggung Jagatsatru Raden Dipa, Aria Santapura dan Mas Bayun.
Eyang Kancing Caang Tetap Tinggal Di Talun dan Tileum Dengan Sebuah Jejak Di Batu
Selain itu, sebagian keluarga Pangeran Panembahan ditawan, sambung Memed, yaitu Raden Singamanggala, Raden Bagus, Raden Tanusuta. Sedangkan Pangeran Panembahan sendiri berhasil lolos.
“Serangan pasukan Banten ini, dianggap pengecut oleh rakyat Sumedang. Ketika Banten akan berperang, Cilik widara menarik pasukannya meninggalkan Sumedang untuk kembali ke Banten. Nah, konon katanya Eyang Kancing Caang atau Suryadi Kusumah malah tidak ikut serta pulang ke Banten, sehingga Suryadi Kusuma pada akhirnya menetap di sini di daerah Talun ini,” jelas Memed.
Menurut cerita orang tua dulu, kata Memed, bahwa Suryadi Kusuma yang merupakan orang berilmu tinggi dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Dan, dirinya tidak meninggal malah “Tileum” atau lenyap dengan meninggalkan jejak sebuah batu.
“Pusara Beliau, selalu banyak warga yang berziarah ke makam dirinya. Jadi, Belaiau adalah Tileum bukan dikuburkan. Namun, di samping makam eyang Kancing Caang ternyata banyak Ratu dan yang bergelar Tubagus dimakam bersama sama di sini,” pungkasnya.