INISUMEDANG.COM – Pihak RSUD Sumedang mengaku sudah memberikan hasil Swab tes sesuai prosedur. Selain itu, untuk proses pemakaman telah dilakukan sesuai dengan prosedur pemakaman pasien positif Covid-19.
Demikian dikatakan Humas RSUD Sumedang, Dahlan Indrayana saat dimintai tanggapannya terkait adanya pernyataan dari pihak keluarga yang menilai banyak kejanggalan terkait meninggalnya IRL (52) pasien meninggal dunia yang dinyatakan positif Covid-19. Jumat (8/1/2021).
Adapun terkait tracing kontak erat, kata Dahlan, pihaknya sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan sudah meminta keluarganya yang pernah kontak erat untuk melakukan isolasi mandiri.
“Jadi, kalau untuk proses tracing kami sudah koordinasi dengan Dinas Kesahatan, karena kewenangannya ada disana,” ujarnya.
Dahlan menegaskan, di Kabupaten Sumedang tidak ada satu pasien pun yang meninggal dunia di RSUD, kemudian dimanipulasi menjadi pasien meninggal akibat Covid-19.
“Kami memastikan, di Sumedang tidak ada manipulasi pasien yang meninggal kemudian di-Covid-kan. Semua pasien yang meninggal akibat Covid-19 yang seperti itu faktanya,” kata Dahlan menegaskan.
Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa pihak keluarga IRL (52) pasien meninggal dunia yang dinyatakan positif Covid-19 di RSUD Sumedang pada Kamis (7/1/2021) pukul 03:30 dini hari lalu. Menilai banyak kejanggalan yang terjadi atas meninggalnya Ibunya tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Riki Riswandi (34) yang merupakan putra dari almarhumah IRL bahwa, ada kejanggalan dari hasil Swab Tes atas almarhum Ibunya itu. Dimana hasil Swab Tes yang diterimanya dari pihak RSUD melalui aplikasi WhatsApp, menunjukkan hasil Swab Tes itu keluar pada tanggal 4 Januari lalu.
Namun, ketika dikonfirmasi langsung mengenai hasil Swab Tes itu, pihak RSUD justru malah memperlihatkan hasil Swab Tes dengan tanggal yang berbeda serta formatnya juga berbeda.
“Kejanggalan lainnya, yaitu saat proses pemakaman jenazah Ibunya. Dimana pihak keluarga diperbolehkan mendekat, bahkan diminta membantu proses pengurugan tanah saat pemakaman tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap, dan hanya menggunakan masker saja,” ucapnya.
Selain itu, kata Riki, yang paling membuat pihak keluarga heran lagi, yaitu sejak ibunya dinyatakan meninggal dunia akibat positif Covid-19 hingga sekarang. Belum ada proses tracing yang dilakukan oleh Satgas penanganan Covid-19 terhadap keluarganya.
“Idealnya, kalau ibu saya meninggal akibat virus Corona kan ada tracing, siapa saja yang pernah kontak erat dari pihak keluarga. Sampai sekarang tidak ada satu petugas pun ke rumah kami, baik untuk melakukan penyemprotan disinfektan atupun melakukan Swab Tes ke pihak keluarga yang pernah kontak erat,” ujarnya.
Riki menambahkan, hingga saat ini juga kami belum diminta untuk menandatangani berkas administrasi bekas proses perawatan ibunya selama dirawat hingga dinyatakan meninggal dunia.
“Saya juga heran, pasca dinyatakan meninggal. Saya dan pihak keluarga lainnya, belum diminta untuk mengurus administrasi selama proses perawatan. Biasanya kan suka diminta mengurus administrasi kalau pasien sudah selesai jalani perawatan, terlebih ini meninggal dunia,” tandasnya.