Cerita Perjalanan Spiritual ke Puncak Gunung Tampomas Sumedang dan Munculnya Penggawa Kerajaan

Gunung Tampomas
IST/ Gunung Tampomas Sumedang Jawa Barat.

INISUMEDANG.COM – Untuk menempuh pencarian Jatidiri, sebagai Manusia tentunya akan melakukan berbagai macam cara, termasuk mempelajari berbagai ilmu kebatinan yang mana harus ditebus dengan puasa atau tirakat.

Seperti apa yang dilakukan oleh Erdi Suwardi (47) warga Lingkungan Cilipung RT 03 RW 14 Kelurahan Pasanggrahan Baru Kecamatan Sumedang Selatan, dimasa bujangan dulu, dirinya mengaku melakukan berbagai macam ilmu yang dipelajari termasuk ilmu kebatinan dengan cara tirakat.

“Dulu itu saya rajin berpuasa, intinya selalu penasaran dengan apa yang menyangkut dengan ilmu baru yang diketahui. Hingga pada suatu hari, datanglah orang Tasikmalaya kepada saya untuk mengajak berpuasa kaitan dengan ilmu dan keinginan bisa terwujud. Itu pada waktu saya masih bujangan,” kata Erdi kepada inisumedang.com Selasa 21 Maret 2022 di kediamannya.

Akhirnya, sambung Erdi, pada malam Selasa dimulailah tirakat dengan berpuasa selama tiga hari. Dengan dzikir bersama di malam itu, mengukuhkan niat dan meminta Ridhonya Allah SWT.

“Besoknya hari Selasa sudah berpuasa, seperti layaknya puasa pada umumnya. Selama berpuasa berjalan dengan khusyu, hari Selasa sudah selesai, hari Rabu juga bisa dilalui, dan untuk hari Jumatnya. Kami harus ke Puncak Gunung Tampomas sesuai petunjuk yang didapatkan,” jelas Erdi.

Selepas Sholat Jumat, berangkatlah berdua ke puncak Gunung Tampomas, dengan kata lain untuk menyempurnakan tirakat itu. Mulai mendaki dari jam 1 siang dalam kondisi berpuasa, nikmat saja meski kadang lelah mendaki tapi tetap kuat dan bisa mencapai puncak Gunung Tampomas.

Ini Baca Juga :  Ini Nama Desa di Kabupaten Sumedang

Batu Akik dan Benda Keramat Jatuh Saat Bersemedi

“Sekira jam 17.00 WIB kami berdua sampai di puncak Gunung Tampomas. Teman saya langsung ritual di sana, duduk bersemedi saya pun demikian mengikutinya. Namun secara tiba-tiba, ada benda jatuh berupa batu akik dan benda benda keramat lainnya,” ujar Erdi.

Kurang lebih setengah jam, baru ritual selesai, maka, sesuai petunjuk kembali, bahwa harus segera turun dari puncak Gunung Tampomas karena katanya kurang baik berada di puncak itu.

“Benda keramat sudah didapatkan, dan teman saya bilang bahwa kita harus segera turun, barusan ada petunjuk seperti itu. Maka kami pun segera turun, teman saya dapat benda keramat kalau saya dapat dahan pohon saja kurang lebih satu meteran, kata saya, lumayanlah buat tongkat membantu turun dari puncak ini,” ucap Erdi.

Dahan pohon itu, didapatkan karena ada di samping ketika bersemedi melaksanakan ritual, maka dibawalah dahan dahan itu. Dan mulailah turun gunung dalam keadaan masih puasa, situasi sudah hampir mau gelap karena kebetulan cuaca bagus sekali.

Ini Baca Juga :  Menikmati Keindahan Alam Batu Belimbing di Kalimantan Barat: Destinasi Wisata yang Memukau

“Petunjuk yang didapatkan bahwa kami berdua harus menginap di saung tempat peristirahatan para pendaki, posisinya mungkin di tengah tengah. Sampailah kami ke saung itu, dan ternyata, kami dikelilingi dengan ratusan monyet yang entah dari mana datangnya. Saya kaget dan takut juga dengan melihat monyet yang sangat banyak itu. Monyet itu mulai hilang setalah terdengar Adzan Magrib. Maka langsung kami sholat Magrib lalu meneruskan berdzikir masih juga dalam keadaan puasa,” tutur Erdi.

Waktunya untuk berbuka puasa itu ketika nanti Adzan Subuh, maka dari itu, dzikir dan terus berdzikir. Namun, ketika hampir mendekati waktu tengah malamnya, mulai lah dihinggapi dinginnya pegunungan dan perasaan pun sudah mulai tidak enak.

Penggawa Kerajaan Muncul dan Mengelilingi Sambil Menaburkan Cahaya

“Benar saja, kurang lebih jam 2.00 WIB tengah malam, keluarlah cahaya yang sangat terang, lalu cahaya itu makin membesar dan di tengah cahaya, seperti ada pintu yang membuka lalu keluarlah seperti pasukan kerajaan, lengkap dengan para penggawa dan Rajanya yang memakai kuda mengelilingi kami,” ungkap Erdi.

Pasukan kerajaan itu mengintari atau mengelilingi terus terusan tanpa ada teguran atau sapaan, jelas sekali terlihat penggawa penggawa kerjaan berikut dengan gagahnya seorang raja menunggangi kuda dan itu terlihat jelas.

Ini Baca Juga :  Sat Narkoba Polres Sumedang, Ringkus Pengedar Sabu di Pamulihan

“Walaupun mengitari kami, pasukan kerajaan tidak sama sekali ada komunikasi, mereka tidak menegur, kami berdua pun hanya terdiam. Tapi lama kelamaan mereka masuk kembali ke cahaya itu lalu menghilang. Saya bisa tegar karena ada teman saya yang memilki ilmu, maka saya bisa tenang,” katanya.

Sebelum penggawa kerajaan itu menghilang, lanjut Erdi, pasukan kerajaan menaburkan sesuatu, namun terlihat yang ditaburkan itu adalah cahaya.

“Iya bener, kami ditaburi cahaya oleh Raja dan pasukannya sebelum mereka masuk kembali ke lingkaran cahaya itu. Akhirnya, kami meneruskan dzikir sambil menunggu Adzan Subuh dan tak lama kemudian Azdan pun berkumandang terdengar jelas, lepas Sholat Subuh baru lah kami berbuka puasa pada hari Sabtu nya,” ucapnya.

Erdi menambahkan, jika dahan pohon yang dibuang itu esok paginya ternyata masih ada, dan selanjutnya diambil kembali. Karena akan bersiap untuk turun gunung dengan perasaan tenang dengan rasa syukur kepada Allah SWT bahwa masih bisa diberikan umur serta pengalaman yang luar biasa.

“Dahan pohon itu diambil oleh teman saya, lalu meminta keridhoan ke saya untuk ikhlas memberikannya. Ternyata setelah dipegang dahan pohon itu, saya cium ternyata mengeluarkan wewangian, dan dahan pohon itu berubah menjadi Keris yang lurus,” Pungkas Erdi mengakhiri cerita perjalanan Spiritualnya.