INISUMEDANG.COM – Meski menjadi saksi sejarah pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Iri yang kini usianya genap 121 tahun warga RT 04 RW 11 Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang, menolak ketika ditawari untuk mendapatkan honor/gaji sebagai veteran.
“Suatu hari, datang orang dari Rancakalong menawarkan saya untuk menjadi veteran dan bisa mendapatkan gaji perbulan, tapi harus menyediakan uang Rp300 ribu. Dengan tegas saya tolak,” kata Iri saat ditemui di Kediamannya, Sabtu (5/3/2022).
Menurutnya, daripada harus menyediakan uang Rp.300 ribu, untuk mendapatkan gaji sebagai veteran, lebih baik dibelikan untuk beras.
“Saya menolaknya untuk menjadi veteran atau pejuang, Saya berjuang hanya semata mata ingin membela tanah air, bukan imbalan, perjuangan itu benar benar sangat pahit dan getir. Saya tolak karena saya ikhlas berjuang untuk bangsa dan Negera,” kata Iri yang terlihat masih segar, dengan rambut putihnya yang masih lebat itu.
Menurut Iri, banyak sekali yang dirinya alami ketika jaman penjajah, dan ikut berjuang melawan kaum penjajah. Dengan semangat Nasionalisme dan rela berkorban harta, tanaga sekaligus nyawa.
Menurut Saksi Sejarah Setelah Indonesia Merdeka, Banyak Yang Mengaku-ngaku Pejuang
“Ketika selesai masa penjajahan dan Indonesia merdeka, barulah banyak yang mengaku ngaku pejuang. Tidak sedikit yang mengaku pejuang, sangatlah banyak, saya hanya tersenyum saja,” ucapnya.
Iri menuturkan, dari mulai jaman penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang. Dirinya mengalaminya, suka duka pahit getirnya jaman penjajahan. Hingga dirinya pernah memakai pakaian dari bahan karet sampai makan jagung, garam dan cabe, yang sudah termasuk makanan mewah kala itu.
“Dimasa perang dengan penjajah Belanda, mereka membawa senjata lengkap. Kami hanya menggunakan bambu runcing dan teriakan ‘Allahu Akbar’. Waktu itu di daerah Singkup, kami dari Masumi melawan penjajah Belanda bersama sama dengan Ulama kami,” tutur Pa Iri menceritakan kisahnya dulu.
Pihak penjajah, sambung dia, lengkap dengan senjata otomatis dan tank bajanya. Sementara, dari pribumi melawan dengan menggunakan senjata apa adanya, sehingga banyak pejuang dari pribumi tertembak dan gugur.
Tidak hanya itu, sambung Iri, dirinya juga menyaksikan ketika pertempuran antara Belanda dan Jepang di Gunung Gunci.
“Ketika Belanda di kuasai Jepang, bener-bener hidup sangat sulit sekali waktu itu. Saya mengalami berpakaian dengan bahan karet dan bahan dari daun kering yang dijahit jadi mirip pakaian. Ketika itu, pa Presiden Sukarno mengatakan kepada pihak Jepang, penjajah Jepang bisa berada di Indonesia hanya sampai 3 tahun. Padahal, waktu itu belum ada perang dunia ke dua tapi pa Sukarno sudah mengatakan seperti itu,” tandasnya.