Jatinangor Kawasan Pendidikan Asalnya Kawasan Perkebunan Teh dan Karet
Seperti dilansir dari Wikipedia pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan teh dan pohon karet yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik Belanda, Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah yang saat ini merupakan kawasan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) hingga Gunung Manglayang.
Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan Jerman, bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud. Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai Menara Loji.
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun jalur rel kereta api yang menghubungkan Rancaekek ke Tanjungsari dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15 km, sesuai Koninklijke Besluit (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36. Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25 km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan Citali sepanjang 11,5 km.
Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai Stasiun Tanjungsari. Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.
Kemudian, pada tahun 1918, Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin. Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.