“Kalau berdasarkan logika air yang dari hutan, otomatis kayu yang berdiri itu sudah habis. Tapi yang bikin aneh tidak ada jejak sama sekali dan kayu pun masih kokoh berdiri tegak, paling yang terbawa hanya pinggir pinggir kali,” tutur Adek.
Adek menambahkan, jika warga mengaitkan cerita batu yang berpindah itu dengan berdirinya sebuah wisata yang berada di sekitar Desa Citengah, atau tepatnya di belakang Kantor Desa.
“Jadi dugaan warga, leluhur marah atau merasa terganggu dengan keberadaan bangunan baru. Biasanya, sungai ini memang suka ada bencana dari tahun 90 dan itu terjadi dalam 10 tahun sekali. Tapi yang kemaren semenjak ada ini (Bangun Vila) kenapa menjadi setiap tahun, ada apa coba,” kata Adek menandaskan.
