Alih Fungsi Lahan dan Tata Ruang yang Buruk Menjadi Penyebab Banjir Jatinangor

Ismet Suparman
CAPTION: Tokoh masyarakat Jatinangor, Ismet Suparmat - IMAN NURMAN

Alih Fungsi Lahan Kawasan Terbuka Hijau Menjadi Tol Cisumdawu

Ditambah, lanjut Ismet alih fungsi lahan pada tahun 2019-2021 adanya proyek nasional pembangunan Tol Cisumdawu yang membentang dari Cileunyi sampai Sumedang. Kawasan lahan terbuka hijau di belakang kampus IPDN, Unpad, dan Kiarapayung dibabat menjadi jalan tol. Imbasnya pada akhir 2021 banjir hebat melanda 6 desa di Jatinangor dan meluapnya Sungai Cibeusi.

“Ada dua sungai di Jatinangor yakni Cikeruh dan Cibeusi. Kedua duanya bermuara ke Sungai Cikijing-Citarik Rancaekek yang merupakan anak sungai Citarum. Adanya cekdam di Cikeruh tak berpengaruh karena hulu sungai di Jatinangor sudah rusak dengan pembangunan gedung,” paparnya.

Menurut Ismet, sekali lagi, perencanaan yang kurang baik, drainase, bangunan, benteng, dan beberapa potensi lain yang menyebabkan banjir di Jatinangor.

“Contoh lain Jalan Ir Soekarno yang merupakan jalan nasional tidak ada drainase. Termasuk jalan jakan desa maupun jalan status kabupaten maupun desa, provinsi tidak dibarengi drainase yang baik. Jadi ya air ke pemukiman warga,” ujarnya.

Memang ada banjir di Jatinangor ketika alih fungsi lahan perkebunan menjadi perguruan tinggi. Banjir, bencana, kerusakan harta benda. Akibat kecerobohan karena pemegang kebijakan.

Ini Baca Juga :  Bimbel Tunas Bangsa Bekerja sama dengan Pemdes Cipacing Gelar Vaksinasi Gratis Bagi 500 Warga

“Dulu ketika ada tanaman karet, banyak resapan air, ruang terbuka hijau. Tanaman keras bisa menyerap air. Secara awam yang tadinya tanah terbuka bisa menyerap air, sekarang dengan beton dan pelur tembok. Jadi pantas banjir bisa terjadi di Jatinangor,” ujarnya.

Idealnya, kata Ismet, 40 persen bangunan adalah RTH dan 60 untuk bangunan. Dari mulai hulu sampai hilir harus dibenahi. Pengerukan sungai bukan solusi, karena itu proyek tahunan BBWS, harusnya ada bendungan besar kapasitas 41 ha, yang bisa menampung air hujan dan air sungai. Anggarannya bisa dari swasta, karena pemerintah gak akan mungkin bisa membiayai