INISUMEDANG.COM – Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Organisasi Daerah (Orda) Kabupaten Sumedang Periode 2014-2019, Asep D Darmawan, menilai Musyawarah Daerah ICMI Sumedang 2020 yang digelar di Kampung Buricak Burinong belum lama ini sarat konspirasi.
Pasalnya, kata Asep, terdapat sejumlah kejanggalan pada gelaran musda tersebut. Di antaranya, musda dilaksanakan tanpa memberitahu/mengundang Ketua-Wakil Ketua periode sebelumnya.
Kemudian, laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya disampaikan oleh Sekretaris ICMI Orda Sumedang, Kamas Komara yang juga Ketua Organisasi Sarekat Islam (SI), tanpa berkoordinasi terkebih dahulu.
“Sebagai Wakil Ketua ICMI Orda Sumedang, Saya tidak diberitahu akan adanya Musda ini. Ketua sendiri tidak hadir, sebagai wakil ketua Saya tidak dikabari apalagi diundang. Menurut Informasi, Sekretaris malah memberikan pertanggungjawaban mewakili Ketua. Bagaimana bisa seorang sekretaris mewakili ketua, sedangkan Wakil Ketua masih ada, tanpa diundang,” ungkapnya.
Seharusnya, kata Asep, sebagai cendekiawan muslim, harus menjadi teladan yang baik. Dirinya merasa heran, pengurus inti tidak diundang pada musda yang dihadiri oleh Ketua ICMI Orwil Jawa Barat, Prof. Najib, sedangkan politisi diundang.
“Ini ada konspirasi yang dilakukan oleh oknum ICMI dalam pergantian kepengurusan. Sebagai cendekiawan muslim, seharusnya memberikan teladan yang baik. Ini lucu, pengurus inti tidak diundang, sementara ada politikus diundang dan jadi Formatur. ICMI Sumedang sudah bermain politik. Ini preseden buruk,” tuturnya.
Sementara itu, penyelenggara musda Amirrudin Setiawan mengatakan, ketidakhadiran Ketua ICMI periode 2014-2019, Komjen Pol (Purn) Nana S. Permana, dikarenakan yang bersangkutan sedang Sakit.
“Musda ini hanya dihadiri oleh beberapa orang saja, terbatas karena suasana pandemic Covid-19,” ujar Amir yang juga Sekretaris DPC Serikat Islam (SI) Kabupaten Sumedang.
Dalam musda tersebut, peserta memilih Ketua ICMI baru, yakni Prof. Sutarman dan tim formatur, di antaranya Amiruddin Setiawan, Syamsul Falah, Budiana, kamas Komara, Iwa Kuswaeri dan Euis Mully.
Prof Sutarman adalah Rektor Universitas Majalengka (UNMA), sedangkan Amir adalah Dosen sekaligus KaProdi pada Perguruan Tinggi tersebut.
Amir tidak menjelaskan perihal rapat tersebut memberhentikan pengurus sebelumnya, namun kemudian memilih Ketua dan Tim Formatur dan apakah rapat memenuhi kuorum atau tidak.