INISUMEDANG.COM – Sedikitnya ada 100 anak SD Inpres Pabuaran Kecamatan Cisitu Sumedang yang harus menempuh jarak sejauh 3 kilometer perjalanan menuju sekolah. Atau harus menempuh perjalanan sejauh 6 kilometer bila perjalanan pulang pergi.
Medan jalan berat naik turun di lereng pegunungan itu, tidak mungkin bisa ditempuh dengan jalan kaki. Ke 100 anak SD kelas 1 hingga kelas 6 ini terpaksa harus gunakan jasa angkutan mobil kecil semacam angkot.
“Perjalanan jauh dari Dusun Ciumpleung Desa Cinangsi ke SD Inpres Pabuaran yang berlokasi di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang”. Kata Cucu Ningrum salah satu orang tua murid di rumahnya Dusun Ciumpleung, Rabu (31/8/2022).
Orang tua murid ini mengeluh karena harus keluarkan uang lebih untuk biaya sekolah anak. Tidak hanya untuk jajannya namun biaya ongkos perjalanannya yang mau tidak mau tiap hari harus ada.
Disebutkan, kendaraan kecil yang dipadati anak SD tersebut harus bolak balik hingga 3 kali mengantar 100 anak ke SD Inpres Pabuaran.
Perjalanan Sejauh 3 Kilometer Menuju Sekolah, Jadi Alasan Minat Warga Berkurang Sekolahkan Anak Ke SD Inpres
Sehingga tahun ini, lanjut dia, minat warga untuk menyekolahkan anak ke SD Inpres tersebut terus berkurang karena alasan sangat jauh. Bahkan sebagian kelas satu bubar atau pindah ke sekolah lain.
“Dulu tahun 2011, sekitar 305 KK penduduk Ciumpleung harus direlokasi (Translok) ke blok Jengjing Desa Linggajaya, akibat waktu itu pemukiman warga Ciumpleung terancam bencana longsor,” ungkap Cucu di rumahnya, Selasa (30/8/2022).
Relokasi tersebut, lanjut dia, tidak hanya penduduk namun termasuk sekolah yaitu SD Pabuaran dengan membangun kembali di wilayah Translok. Sementara bangunan SD di Ciumpleung dibongkar.
“Namun lama kelamaan, penduduk tersebut tidak betah tinggal di Translok. Rumah yang disediakan pemerintah, ditinggalkan. Mereka kembali ke tempat pemukiman semula yaitu Dusun Ciumpleung,” sebutnya.
Terpaksa tiap hari anak menuju ke sekolah harus menempuh perjalanan dengan jarak 3 kilometer. Dari Dusun Ciumpleng Desa Cinangsi ke SD Pabuaran di wilayah Translok Desa Linggajaya.
“Itulah alasan orang tua murid mengusulkan ke Disdik Sumedang supaya ada SD tidak jauh. Sebab orang tua murid bingung bahkan menjadi beban ketika tidak punya uang,” ujarnya.
Tidak sedikit anak bolos sekokah karena orang tua tidak punya uang untuk ongkos, bahkan ada warga yang rela jual jatah Raskinnya hanya untuk ongkos anak ke sekolah.
“Kami berharap Pemkab Sumedang membangun sekolah tidak jauh dari pemukiman penduduk yaitu Ciumpleung. Sebab kasihan orang tua murid yang setiap hari dibebani biaya ongkos anak sekolah,” katanya.