INISUMEDANG.COM – Warga Sumedang mungkin sudah tidak asing lagi dengan Monumen Lingga yang berdiri kokoh ditengah Alun-alun Sumedang. Monumen Lingga ini merupakan monumen yang dijadikan Lambang Kabupaten Sumedang dan diresmikan menjadi Lambang Kabupaten Sumedang pada tanggal 13 Mei 1959.
Dilansir situs resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, Lambang Kabupaten Sumedang diciptakan oleh R. Maharmartanagara, yang merupakan seorang putra Bupati Bandung Raden Adipati Aria Martanegara sebagai keturunan Sumedang.
Pada Lambang Kabupaten Sumedang, terdapat beberapa arti yang tentunya wajib diketahui oleh warga Sumedang.
Arti Lambang atau Logo dari Kabupaten Sumedang.
Perisai yaitu melambangkan jiwa kesatria utama, percaya pada diri sendiri
Sisi Merah, melambangkan semangat keberanian
Dasar Hijau, melambangkan kesuburan pertanian
Setengah Bola dan Setengah Kubus pada Lingga, melambangkan bahwa manusia tidak ada yang sempurna
Sinar Matahari, melambangkan semangat rakyat dalam mencapai kemajuan
Warna Kuning Emas, melambangkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa
Sinar yang ke 17 angka, melambangkan Angka Sakti tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI
Delapan Bentuk pada Lingga, merupakan Lambang Bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
19 Buah Batu pada Lingga, 4 buah Kaki Tembik dan 5 buah Anak Tangga, merupakan Lambang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 1945
Tulisan Insun Medal, yaitu Berdasarkan Prabu Tadjimalela, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Sumedang, Insun Medal berarti (Insun: Aku, Medal: Keluar). Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; Insun Medal berarti (Insun: Daya, Madangan: Terang)
Sedangkan dilansir dari sumber lain, Logo Kabupaten Sumedang memiliki arti keyakinan akan hadirnya Sang Pencerah, itu tergambar dari logonya dimana bawahnya ada simbol air yang merepresentasikan Waduk Jatigede, lalu kemudian ditengahnya ada Monumen Lingga, dan di atasnya ada cahaya yang menyebar ke berbagai penjuru.
Dengan slogan Insun Medal atau selengkapnya Insun Medal Madangan, Aku Lahir Menerangi Dunia yang merupakan kalimat yang diucapkan oleh Prabu Tajimalela, Batara Tungtang Buana, Cinde Wulung, yang artinya Selendang Hitam, setelah berkontemplasi dan beliau mendapatkan Cahaya Illahi/ Cipaku.