Ular Kuning di Mitos Jalan Cadas Pangeran Sumedang Berasal dari Keris Naga Sastra? Begini Ceritanya

keris naga sastra

INISUMEDANG.COM – Perjalanan sejarah jalan Cadas Pangeran di Sumedang mulai terkuak terus. Baik dari sisi sejarah, mitos ataupun mistiknya yang dialami oleh masyarakat luas.

Jalan Cadas Pangeran Sumedang merupakan bukti nyata perjuangan para leluhur Sumedang. Menjadi sebuah aset daerah Cagar Budaya yang patut di lestarikan.

Anggy (32) salah satu tokoh Budayawan di Sumedang mengisahkan suatu legenda perjuangan dan perjalanan dalam membuat jalan Cadas Pangeran yang ditebus dengan ribuan nyawa. Serta peran terbesar Pangeran Kornel dengan kerisnya yaitu Keris Naga Sastra.

“Kondisi Keris Naga Sastra itu, dapurnya Naga ke atasnya euluk tujuh maka di sebut Sabuk Inteun. Sementara, arti dari Naga Sastra adalah Pengetahuan “Nu Weuruh Ku Elmu Jembar Ku Pangabisa”, ungkap Anggy saat menuturkan legenda tersebut kepada IniSumedang.com Sabtu 12 Maret 2022.

Saat pembangunan Jalan Cadas Pangeran di era penjajahan Belanda. Ribuan nyawa melayang dalam pekerjaan manual yang diperlakukan secara paksa dan kasar.

“Gunung di “Bukbak” (pohon ditebang secara brutal) hingga banyak korban sampai ribuan orang. Karena kerja secara paksa serta diperlukan secara kasar dan sangat tidak manusiawi,” jelas Anggy.

Kerja secara manual, lanjut Anggy. Yaitu dengan menggunakan peralatan hanya sebatas Linggis, Pacul, Singkup dan peralatan yang lainnya yang digunakan secara manual. Dan itu sangat mustahil bisa membelah gunung Cadas Pangeran.

Ini Baca Juga :  Kisah Seorang Raja Sunda Keturunan Generasi ke-7 Nabi Nuh A.S

Pangeran Kornel Bertemu dan Berhadapan dengan Raffles

“Melihat begitu berat penderitaan itu, dengan kecintaan yang sangat besar terhadap rakyatnya, Kanjeng Dalem Pangeran Kornel sampai datang ke lokasi kerja paksa dan mengatakan,”Ini Belanda yang merusak bangsa dan Negeri kami,”(di ilustrasikan berbicaranya seperti itu karena kekesalan beliau),” ujar Anggy.

Waktu itu, Eyang Pangeran Kornel bertemu dan berhadapan dengan Raffles, Letnan Gubernur Jenderal penguasa tertinggi Inggris di Jawa. Dalam pertemuan itu, Raffles mengulurkan tangan kanan. Sementara Eyang Pangeran Kornel mengulurkan tangan kiri dan tangan kanannya memegang Keris Naga Sastra.

“Dalam pertemuan dan bersalaman seperti itu, harkat dan martabat seorang jendral Raffles dalam seketika jatuh di hadapan semua orang, dan Raffles pun tidak bisa berbuat apa-apa kala itu,” ucap Anggy.

Setelah bersalaman Raffles dengan Pangeran Kornel, dan Raffles berfikir lebih panjang lagi, dan juga dirinya merasa heran tidak bisa berbuat apa apa, lalu berkata,” Baru kali ini saya di rendahkan oleh Pribumi, dan herannya saya tidak bisa berbuat apa apa,” kata Raffles setelah bersalaman itu.

“Raffles mengatakan kepada Eyang Pangeran Kornel,”Kalau anda menyayangi keturunan dan rakyat anda, buktikan, apa yang bisa anda lakukan? untuk proyeksi pengembangan pembuatan jalan cadas pangeran yang saya lakukan?,” kata Raffles ke Eyang Pangeran Kornel, Eyang Pangeran Kornel pun menjawab,” Ya sudah, nanti akan saya fikirkan dulu,” kata Eyang Pangeran Kornel,” Ujar Anggy bercerita.

Ini Baca Juga :  Dua Pemuda Asal Cimanggung Dikeroyok, Satu Orang Meninggal Dunia

Pertemuan pun bubar tanpa ada pertumpahan darah, tanpa ada gontok-gontokan serta aman terkendali. Kata Anggy melanjutkan ceritanya, Eyang Pangeran Kornel pun kembali ke Keratonnya.

Ketika Tirakat Keris Naga Sastra Menjelma Jadi Ular Kuning

Ketika malam hari, Eyang Pangeran Kornel masuk kedalam kamar khusus pribadinya. Lalu melakukan tirakat sambil berdoa meminta petunjuk kepada sang Pencipta.

“Pada waktu melakukan tirakat, Eyang Pangeran Kornel meminta petunjuk kepada sang pencipta, harus berbuat apa dan bagaiamana mengatasi masalah ini. Secara tiba tiba, Keris Naga Sastra yang di pegang oleh Eyang Pangeran Kornel. Keris tersebut menjelma jadi Naga atau Ular Kuning (yang sekarang menjadi mitos Ular kuning),” Jelasnya.

Usai mendapatkan petunjuk, Eyang Pangeran Kornel langsung beranjak dan pergi ke jalan Cadas Pangeran yang sedang dibangun itu tanpa ada satupun orang yang mengetahui kepergiannya itu.

“Setelah sampai ke tempat tujuan, Eyang Pangeran Kornel memohon doa kembali kepada Hyang Maha Kuasa. Bahwa dirinya melakukan ini hanya ingin menghentikan kekejaman Romusha dan kecintaan terhadap rakyatnya,” Ungkapnya.

Lalu, Keris Naga Sastra di tancapkan di tebing dan menjelmalah Ular kuning besar seperti Naga meliuk liuk disamping tebing. Lalu Eyang Pangeran Kornel menepak tebing tersebut. Secara tiba tiba tebing itu membelah dengan sendirinya, dan mengikuti liukan Ular lalu membentuk jalan dengan mengikuti langkah ular kuning itu, lebarnya jalan sebesar Ular Kuning tersebut.

Ini Baca Juga :  Mitos Cadas Pangeran Sumedang dan Tempat Bongkahan Emas Peninggalan Soekarno

Cadas Pangeran Bila Dilihat Di atas Seperti Liukan Ular

“Terlihat dan terbukti kalau sekarang saja, jalan Cadas Pangeran bisa dilihat dari atas atau menggunakan drone maka tampak seperti jejak ular. Jejak ular yang sedang meliuk liuk atau melata, merayap,” kata Anggy.

Jalan yang dibuat hasil tirakat oleh eyang Pangeran Kornel itu yakni jalan yang dibawah bukan jalan yang diatas. Menurut penelitian sekarang, kalau jalan yang diatas digunakan maka akan terjadi longsor terus terusan. Beda halnya dengan jalan yang dibawah hasil tirakat Eyang Pangeran Kornel, justru jalan yang dibawah sangat kuat sekali.

“Sehingga menurut ahli peneliti Geologi, hal yang tidak mungkin jalan cadas pangeran yang dibawah itu dikerjakan secara manual oleh manusia karena cadas itu sangat keras dan kuat. Lalu persoalan jalan yang diatas yang dibangun oleh Belanda itu tidak selesai bahkan menimbulkan bencana longsor terus. Dari cerita legenda ini, banyak sekali yang harus diambil hikmahnya, ini hanya legenda kisah dari para leluhur lalu dikisahkan kembali,” tandasnya.