INISUMEDANG.COM – Adab atau tatacara ziarah ke Makam Keramat Dayeuh Luhur Ganeas Sumedang yang harus di ketahui oleh para peziarah. Diantaranya dilarang pakai batik menuju patilasan Eyang Jaya Perkasa.
Menurut Dudu (65) salah satu juru kunci makam keramat Dayeuh Luhur mengatakan. Latar belakang tidak boleh memakai batik Ketika mau ziarah ke makam Eyang Jaya Perkasa berlaku sejak dulu.
“Seperti yang telah dijelaskan, ketika Eyang Jaya Perkasa mau menghilang (tilem). Prabu Geusan Ulun telah menerima amanat dari suara Eyang Jaya Pekasa tanpa wujud (suara gaib) bunyinya. Ialah : “Sampurasun Anom, Kaula rek nitip amanat ka Anom, kala mangsa isuk jaga ning geto Anom jeung hamba rahayat Anom katut anak incu kaula rek nepungan kaula (ziarah), kaula geus boga ciri numandiri, aya di Puncak Gunung Rengganis. Ngan mangka hade lamun rek nepungan (ziarah) ka kalua ulah rek mawa hate nu belang (coreleng) tembahna matak cilaka ka dirina. Kaula nolak ditepungan ku jalma-jalma saperti kitu. Amanat tersebut disampaikan kepada keluarga kerajaan dan rakyat Sumedang Larang.” jelasnya Kamis 10 Maret 2022.
Ia mengatakan, harus patuh demi menghormati para leluhur supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki
Awal Mula Dilarang Pakai Batik Karena Mbah Jaya Perkasa Marah dan Kecewa Kepada Prabu Geusan Ulun
“Suatu ketika pejabat Kademangan Sumedang yang diketuai oleh Kasepuhan Eyang Tarumanggala (juru Kunci/Kuncen pertama makam). Berangkat untuk berziarah ke Gunung Rengganis, guna berziarah ke makam Eyang Jaya Perkasa dan Prabu Geusan Ulun. Demi memperhatikan amanat Eyang Jaya Perkasa maka para penziarah pada waktu itu berseragam memakai pakaian polos putih disamping membawa hati yang bersih. Kemudian, karena pada saat itu pakaian yang bercorak warna-warni (belang) kebetulan adalah pakaian batik jawa. Maka mulai saat itulah pakaian batik dilarang dipakai berziarah ke Makam Eyang Jaya Perkasa. Bahkan hingga sekarang pun masih terus belaku, demi menghormati jejak para sepuh dan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan sumber lain menyebutkan, awal mula larangan memakai batik karena Mbah Jaya Perkasa marah dan kecewa kepada Prabu Geusan Ulun karena setelah pulang berperang melawan Kesultanan Cirebon, Ibukota Kerajaan Sumedang Larang kosong dan tidak ada yang memberi tahu bahwa Ibukota telah dipindahkan ke Dayeuh Luhur.
Akhirnya Mbah Jaya Perkasa menyusul ke Dayeuh Luhur dan bertemu dengan Prabu Geusan Ulun, lalu Mbah Jaya Perkasa marah dan meninggalkan Prabu Geusan Ulun sambil bersumpah tidak akan mau mengabdi lagi kepada siapapun juga.
Mbah Jaya Perkasa berjalan ke puncak bukit sambil menancapkan tongkatnya, dan disitulah Mbah Jaya Perkasa moksa/tilem/ngahyang.