Berita  

Terapi Holtikultura Bantu Pulihkan Ekonomi dan Kesehatan Mental Pasca Bencana Sumedang

SUMEDANG, 15 November 2024- Bencana Gempa Bumi yang melanda Sumedang pada Januari 2024 lalu, menimbulkan dampak psikologis dan ekonomi bagi kelompok masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dalam membantu korban gempa di Jawa Barat pada tahun sebelumnya, Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat melakukan tanggap bencana untuk mengurangi dampak lebih lanjut dari gempa.

Tanggap bencana ini didahului dengan bantuan langsung pada korban setelah gempa dan pemulihan korban setelah kondisi stabil. Salah satu pendekatan baru yang diaplikasikan adalah terapi holtikultura. Terapi ini adalah bentuk terapi komplementer yang memanfaatkan kegiatan berkebun dan pemeliharaan tanaman untuk meningkatkan kesehatan fisik serta kesejahteraan pelaku secara keseluruhan.

Menurut Ketua Penelitian dari SITH-ITB, Dr. Eka Ramadhani Putra, melalui berbagai aktivitas berkebun, terapi ini memberikan manfaat fisik yang signifikan, seperti peningkatan mobilitas, kekuatan otot, dan fungsi kardiovaskular.

“Kegiatan ini sangat penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama dalam memperkuat tubuh, memperbaiki keseimbangan, dan meningkatkan ketahanan fisik, yang pada gilirannya mendukung produktivitas dan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Sempat Menelan Korban Jiwa, Begini Kondisi Kolam Renang di Sumedang Ini Sekarang

Pada kegiatan pemulihan bencana Sumedang yang difokuskan di Desa Cipamengpeuk, Kabupaten Sumedang, kegiatan terapi dikombinasikan dengan pendekatan integrasi pengolahan limbah organik dan pertanian. Pengolahan limbah organik yang dikenalkan adalah melalui aplikasi larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly (BSF)).

“Budidaya BSF menawarkan solusi efisien untuk pengelolaan limbah organik, di mana larva BSF mengurai limbah organik dan menghasilkan pupuk organik yang dapat meningkatkan kualitas tanah dan kesuburan tanaman. Dalam konteks terapi hortikultura, penggunaan pupuk organik dari BSF memberikan manfaat ganda: mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan mendukung pertanian organik yang lebih sehat,” katanya.

Menurut Eka, kegiatan ini mengaplikasikan hasil penelitian dari tim gabungan ITB dan UIN Bandung dibawah pimpinan Ramadhani Eka Putra dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung dan Ida Kinasih dari jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Ini Baca Juga :  Warga Sumedang Minta Layanan Kependudukan dan Perizinan Terus Berlangsung di Seluruh Pedesaan

“Pendekatan ini juga mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan pestisida, serta memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, Horticulture Therapy tidak hanya berfokus pada peningkatan kesehatan fisik melalui aktivitas berkebun, tetapi juga mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah organik untuk menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Kegiatan berkebun yang menjadi inti dari terapi ini, lanjut Eka, terbukti memberikan manfaat fisik yang luar biasa. Masyarakat yang terlibat dalam program ini menunjukkan peningkatan mobilitas, kekuatan otot, serta fungsi kardiovaskular yang lebih baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa terapi hortikultura dapat memperbaiki keseimbangan tubuh, meningkatkan daya tahan fisik, serta mengurangi risiko penyakit terkait gaya hidup.

Hal ini sangat relevan, mengingat banyak masyarakat yang terbatas aksesnya terhadap ruang hijau dan aktivitas fisik yang memadai (Kim et al., 2020). Selain dampak positif terhadap kesehatan fisik, program ini juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan kesadaran akan pentingnya gaya hidup aktif yang terhubung dengan alam.

Ini Baca Juga :  Polresta Bandung Dalami Kasus Arisan Bodong di Baleendah

“Melalui kegiatan berkebun, peserta tidak hanya memperoleh manfaat kesehatan, tetapi juga mempererat ikatan sosial di antara sesama peserta. Berkebun memberikan kesempatan untuk relaksasi mental, yang turut berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh,” katanya.

Terapi holtikultura ini juga mengedepankan pendekatan berbasis keberlanjutan melalui pemanfaatan limbah organik, yang membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan hijau. Penggunaan limbah organik sebagai sumber nutrisi untuk tanaman mengajarkan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijak, serta berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Dengan hasil yang positif ini, LPPM ITB berharap program Horticulture Therapy dapat diterapkan lebih luas di berbagai daerah, menjadi solusi bagi masalah kesehatan masyarakat, serta mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan melalui pemanfaatan limbah organik. Program ini bukan hanya berfokus pada peningkatan kesehatan fisik, tetapi juga pada penguatan kesadaran sosial dan lingkungan yang lebih baik, memberikan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.