Strategi Brilian Pangeran Aria Suria Atmadja yang Menggentarkan Kolonial Belanda di Sumedang

Strategi Pangeran Suria Atmadja
Pangeran Aria Suria Atmadja/poto Internet

INISUMEDANG.COM – Selain berjasa dengan beberapa pembangunannya dan memerhatikan masalah kesejahteraan rakyat di Sumedang, ternyata strategi Pangeran Suria Atmadja dalam mempersiapkan para pejuang di Sumedang cukup membuat ketar ketir Kolonial Belanda.

Adapun strategi Pangeran Aria Suria Atmadja yaitu dengan rencananya untuk memajukan para pemuda agar dapat berlatih militer.

Pangeran Aria Suria Atmadja berkenginan agar rakyatnya dapat merdeka dan para pemuda pribumi dapat memegang senjata.

Pangeran Aria Suria Atmaja mengajukan hal tersebut kepada pemerintah kolonial agar para pemuda diseleksi dan dilatih mempergunakan senjata dengan alasan untuk mengikuti bela negara, apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari luar, rakyat bisa turut membantu mempertahankan daerahnya.

Ide Pangeran Aria Suria Atmadja ini, dituangkan ke dalam tulisannya berjudul Indie Weerbaar (ketahanan Hindia) (Lubis, 2008: 172).

Bagi Pangeran Aria Suria Atmadja, permintaan agar pemerintah kolonial melatih para pemuda pribumi untuk dapat mempergunakan senjata, sudah dipikirkan jauh ke depan, bahwa nantinya para pemuda pilihan tersebut dapat merebut kemerdekaan. Namun, Cita-cita Pangeran Aria Suria Atmadja ternyata terbaca juga oleh pemerintah kolonial.

Usul tersebut ditolak mentah-mentah pemerintah kolonial waktu itu. Pemerintah kolonial beranggapan bahwa usulan Pangeran Aria Suria Atmaja bertujuan untuk melakukan perlawanan sehingga akan mengancam kedudukannya.

Selain itu, Belanda juga menganggap permintaan Pangeran Aria Suria Atmadja tersebut sangat berlebihan. Dan Pemerintah kolonial mengkhawatirkan andaikata usulan Pangeran Aria Suria Atmadja tersebut dilakukan akan menjadikan senjata makan tuan, yaitu rakyat Sumedang akan memberontak.

Karena usulnya di tolak pemerintah Belanda akhirnya pemikiran Pangeran Aria Soeria Atmadja di tuangkan dalam sebuah buku “Ditoeng Memeh Hujan” ( Sedia Payung Sebelum Hujan) Seperti pepatah bilang Pena lebih tajam daripada pedang karena ketakutan Belanda kepada Pangeran Aria Suria Atmadja.

Ini Baca Juga :  Meski Terdampak PMK, Harga Hewan Kurban di Sumedang Justru Malah Naik

Untuk mengantisipasi pengikut Aria Suria Atmadja dalam melakukan perlawanan, Belanda membangun benteng pertahanan sekitar Kota Sumedang seperti Benteng di Gunung Kunci, Gunung Palasari dan Gunung Gadung.

Terbacanya Strategi Pangeran Suria Atmadja Belanda Membangun Benteng Pertahanan

Sebelum membangun benteng pertahanan, terlebih dahulu pemerintah kolonial membangun Tangsi Belanda (sekarang digunakan untuk kantor Kodim 0610 Sumedang).

Kemudian dibuat jalan militer menuju benteng-benteng pertahanan, seperti sebelah utara menuju Benteng Palasari dan sebelah selatan menuju Gunung Gadung, Gunung Kunci, Dam Ragadiem, dan menuju ke Gunung Datar (arah ke Subang) (wawancara dengan Ahmad Wiriatmadja, 11 Januari 2014). Pembangunan jalan tersebut untuk mempermudah jalur transportasi dari tangsi militer menuju benteng pertahanan.

Berikut Benteng pertahanan yang dibangun adalah:

Gunung Kunci

Gunung Kunci terletak di Dusun Panjunan Kelurahan Kotakulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Dijadikan benteng pertahanan, dibangun di antara kawasan Hutan Raya Gunung Kunci dan Gunung Palasari. Gunung Kunci dibangun 1917 pada masa Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum yang memerintah dari tahun 1916-1921.

Pembangunan benteng pertahanan tersebut bersamaan dengan dibangunnya benteng pertahanan militer Belanda lainnya di Gunung Palasari, Gunung Gadung, dan Pasirbilik (wawancara dengan Enjang, 26 Desember 2013). Sumedang secara geografis dikelilingi oleh gunung, sehingga memungkinkan untuk dijadikan tempat pertahanan.

Dengan alasan inilah rupanya Belanda membangun benteng pertahanan di kota ini. Benteng Pertahanan Belanda di Gunung Kunci dibangun secara kokoh. Selain digunakan untuk hunian para prajurit dan perwira juga dijadikan tempat pertahanan. Lokasi Gunung Kunci sangat strategis untuk memantau Sumedang dan sekitarnya. Itulah sebabnya benteng tersebut dibuat di bukit tersebut.

Ini Baca Juga :  Hampir 10 Ribu Guru di Sumedang Sudah Disuntik Vaksin Covid-19

Benteng pertahanan Belanda yang saat ini sudah rusak tersebut masih terdapat adanya ruangan-ruangan, tempat meriam, lubanglubang pengintai, tangga, dan loronglorong penghubung. Benteng Gunung Kunci dilengkapi dengan dua buah tempat meriam. Satu diarahkan langsung ke Keraton Sumedang.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan seandainya rakyat Sumedang melakukan perlawanan, Belanda sudah siaga untuk melakukan penghadangan. Meriam kedua diarahkan ke Bendungan Ragadiem, untuk mengantisipasi musuh datang dari luar Sumedang, masuk lewat laut utara. Di atap benteng Gunung Kunci juga dilengkapi lubang-lubang pengintai berbentuk segi empat, yang digunakan untuk mengintai Kota Sumedang, seandainya ada musuh yang melintas atau mendekat ke benteng tersebut. Jalan darat terdekat menuju benteng adalah jalan Cadas Pangeran yang menghubungkan Kota Bandung dan Cirebon.

Benteng pertahanan Gunung Kunci dilengkapi dengan kamar-kamar. Kamar-kamar tersebut dibangun untuk para perwira Belanda, para prajurit, tempat amunisi, dan kamar mandi. Dengan adanya kelengkapan tersebut secara tidak langsung, benteng tersebut selain dijadikan sebagai tempat pertahanan juga dijadikan sebagai tempat hunian.

Gunung Palasari

Benteng ini terletak di sebelah barat Benteng Gunung Kunci, atau terletak di sebelah barat alun-alun Sumedang, tepatnya di Gunung Sindang Palay Desa Pasanggrahan Kecamatan Sumedang Selatan di kaki Gunung Palasari. Benteng ini dibangun di atas tanah seluas 6 ha antara tahun 1913-1917. Di benteng tersebut terdapat delapan bangunan beton, masing-masing benteng dibangun secara terpisah satu sama lain dalam bentuk melingkar. Terdiri atas 27 ruangan berpintu, 25 jendela, dan 46 ventilasi, berfungsi sebagai gudang mesiu yang hanya berjarak kurang dari 1 km dari Tangsi Belanda (sekarang KODIM 0610 Sumedang).

Ini Baca Juga :  Cegah Tepapar Judi Online, ICMI Muda Sumedang Ajak Orang Tua Bekali Anak Literasi Digital

Benteng Gunung

Gadung Benteng Gunung Gadung terletak di atas bukit Gadung termasuk wilayah Kampung Gunung Gadung Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan atau di sebelah selatan Kota Sumedang.

Benteng Gunung Gadung terdiri atas tiga bangunan. Antara bangunan satu dengan bangunan lainnya berdekatan yang dihubungkan oleh jalan yang cukup lebar.

Bangunan benteng di sebelah utara terletak di Pasir Kolocer menghadap ke sebelah barat mengarah ke Kota Sumedang. Bangunan lainnya menghadap ke Pasir Laja dan Pasir Dermaga.

Benteng-benteng tersebut difungsikan untuk benteng pertahanan dan sekaligus dijadikan tempat persembunyian.

Bendungan Ragadiem

Selain membangun tiga benteng pertahanan, pemerintah kolonial juga membangun Bendungan Ragadiem. Bendungan ini dibangun di areal pesawahan di dekat Sungai Cipeles.

Bendungan Ragadiem dibangun untuk mengamankan benteng pertahanan yang ada di atasnya yaitu Benteng Gunung Kunci dan Benteng Palasari.

Salah satu meriam yang ada di Gunung Kunci diarahkan ke bendungan ini. Sebagai bentuk antisipasi seandainya musuh datang dari luar Sumedang untuk menyerang benteng pertahanan. Meriam akan ditembakkan dari atas benteng untuk menjebol tanggul bendungan.

Dengan demikian, air bendungan akan meluap membanjiri sawah, benteng pertahanan Gunung Kunci, Gunung Palasari, dan penghuni benteng terselamatkan. Musuh yang mendekati benteng pertahanan pun terhalang oleh luapan air bendungan (wawancara dengan Ahmad Wiriatmadja, 11 Januari 2014).

Artikel ini dikutip dari Buku Insun Medal Insun Madangan
SUMEDANGLARANG