Berita  

Soroti Penyebab Rusuh di Kanjuruhan, PSSI: Sepak Bola Harusnya Jadi Hiburan Bukan Kuburan

Penyebab Rusuh di Kanjuruhan
Tangkapan layar Video Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usia laga Arema Malang vs Persebaya Surabaya.

BANDUNG – Pengurus PSSI Kabupaten Bandung ikut bersuara menyikapi penyebab rusuh di Kanjuruhan hingga menewaskan ratusan orang suporter Aremania. Selepas laga Arema Malang FC dengan Persebaya Surabaya, Sabtu 1 Oktober 2022 malam.

Selain menyoroti soal penyebab rusuh di Kanjuruhan, Ketua PSSI Kabupaten Bandung Gun Gun Gunawan juga mengungkapkan duka cita mendalam atas tragedi tersebut. Dirinya mengajak semua elemen menjaga marwah sepak bola pasca peristiwa ini.

“Turut bela sungkawa atas tragedi yang terjadi di Kanjuruhan Malang. Sepak bola seharusnya jadi hiburan bukan kuburan. Ayo jaga sepak bola Indonesia. Mari kita jaga sepak bola Indonesia bersama-sama,” kata Gun Gun Gunawan, Minggu 2 Oktober 2022.

Ini Baca Juga :  Tak Banyak Yang Tahu, Ternyata Sri Sultan Hamengku Buwono IX Bapa Pramuka +62

Sebagai informasi, kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pasca laga BRI Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya berakhir dengan skor 2-3. Dalam insiden ini 129 orang terlaporkan tewas dan 180 orang dirawat.

Dalam keterangan resminya kepada awak media, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta sempat menyampaikan penyebab kerusuhan di Kanjuruhan itu. Menurutnya, tragedi itu bermula ketika sekitar tiga ribu suporter turun ke lapangan pasca pertandingan.

Nico menuturkan para penonton yang merupakan suporter Arema FC tidak puas dengan kekalahan tim kesayangannya. Terlebih pertandingan ini merupakan laga kandang serta melawan Persebaya yang merupakan salah satu rival sesama Jatim.

Ini Baca Juga :  Jadwal Shalat Untuk Sumedang, Majalengka dan Subang Sabtu 7 Mei 2022 dan Doa Nabi Nuh AS Saat Musibah Banjir

Para suporter Arema itu disebut berupaya mencari pemain dan ofisial. Melihat kondisi itu, menurut Nico, petugas keamanan berupaya melakukan pencegahan agar para suporter tidak mengejar pemain dan ofisial hingga aparat melepaskan gas air mata.