INISUMEDANG.COM – Seorang Tokoh Masyarakat yang tinggal sekaligus buka warung makanan dan kopi di Area Jalan Paniis Cadas Gantung Rancakalong Sumedang. Mengutarakan perjalanan hidupnya mencari jati diri yang penuh dengan makna meski bahasa yang disampaikan sangat sederhana.
Dedi 59 tahun, beliau menuturkan pengalaman hidup dalam mencari jati diri. Dalam perjalanan mencari Jati diri itu, tentunya banyak hal yang merasa dirinya banyak kekurangan dan keingintahuan persoalan hidup dan ibadah kepada Allah SWT.
“Sejak kecil, saya tidak pernah melakukan yang namanya shalat, apa itu shalat, saya tidak tahu. Yang ada di pikiran saya, hanya satu, saya ingin pandai berantem atau menjadi Jawara. Maka, mulai remaja, saya sudah menggeluti ilmu tahan pukul ataupun yang namanya kesaktian kena pisau. Saya tidak pernah merasakannya karena ilmu tadi,” jelas Dedi bercerita kepada wartawan IniSumedang.Com Kamis 7 April 2022.
Bahkan, kata Dedi, ketika dirinya bekerja diluar pulau jawa. Pernah dikeroyok oleh 10 orang, yang tumbang bukan dirinya melainkan yang 10 orang tersebut. Tidak hanya sekali itu saja, pengalaman yang dialami ketika bekerja diluar pulau jawa pernah dibegal oleh 5 orang. Justru begal tersebut yang tersungkur.
Setiap Mendengar Suara Adzan Dadanya Selalu Gemetar
“Pokonya dulu itu saya tidak mau kalah oleh siapapun. Makanya saya dari dulu sering mengosongkan perut, dari mulai puasa mati geni, puasa mutih hingga tirakat yang lainnya. Apalagi untuk puasa lahiran sendiri itu tidak pernah putus. Saya lakukan sesuai petunjuk dari guru sekaligus kakek saya sendiri,” jelas Dedi.
Namun ada keanehan dalam dirinya, sambung Dedi, dari kecil hingga dewasa dan menikah baru punya anak satu, setiap mendengar suara Adzan dadanya selalu gemetar, bergejolak, dan itu menjadi suatu pemikiran buat Dedi sendiri, apa yang terjadi dalam tubuhnya itu, kata hati selalu bertanya tanya, apa ada yang salah?.
“Ketika saya melihat orang lain sholat, yang ada di pemikiran saya, apa yang dibaca, padahal saya beragama Islam, bahkan pernah, saya diajak sholat Jumatan oleh teman saya ketika saya berkunjung ke rumahnya, saya diajak sholat Jumat, karena malu, saya pun ikut sholat Jumat, namun, apa yang terjadi?, seperti biasa ketika datang ke Mesjid diawali dengan sholat sunat Tahiyyatul Masjid,” ujar Dedi.
Tapi, kata Dedi, ketika sholat sunat Tahiyyatul Mesjid sudah dilakukan, dirinya justru langsung pulang duluan karena berfikir bahwa sholat Jumat itu dua rakaat dan itu sudah dilakukan meski tidak tahu bacaan sholatnya tersebut.
“Ketika teman saya pulang dan saya sudah di rumahnya, istrinya menanyakan ke suaminya ketika sudah pulang sholat Jumat,”Pa, teman bapak ga sholat Jumat yah?, Aneh Ko cepet banget pulang nya,” kata teman saya ke istrinya,” Ya sholat lah tadi dia pulang duluan,”. Obrolan itu saya dengar dengan jelas, dan itu seumur hidup saya, hal yang sangat memalukan dan saya sangat malu sekali,” tutur Dedi.
Cahaya Berwujud Manusia Seperti Ulama Besar di Dalam Mushola
Dari kejadian tersebut, Kata Dedi, dirinya masih merasakan bergetar dadanya ketika ada lantunan suara Adzan. Dan suatu ketika, dirinya pergi ke Conggeang ke ibu angkatnya untuk menjenguk dan menginap, dengan kebetulan rumah ibu angkatnya tersebut ada di pinggir sawah dan dibawahnya ada mushola kecil sekaligus ada tempat mandi dengan pancuran air pegunungan.
“Saya menginap di rumah ibu angkat saya di Conggeang. Namun, ketika saya menginap, waktu subuh saya terbangun karena ingin BAB, lalu saya bangun dan turun ke mushola itu, tapi, ketika saya melihat ke dalam mushola ada cahaya berwujud manusia berpakaian seperti ulama besar, lalu saya mengintip dari balik pintu jendela yang tertutup. Seseorang itu sedang sholat Subuh hanya seorang diri, cahayanya luar biasa, padahal mushola itu tidak ada lampu listriknya,” terang Dedi.
Dikatakan Dedi, dirinya hanya terbengong dan takjub oleh cahaya dari tubuh orang itu, dari mulai sholat sampai dengan selesai, Dedi mengintipnya terus, hingga orang itu berdzikir pun dirinya masih terus melihat sosok tersebut.
“Karena saya ingin BAB, lalu saya turun ke tempat pemandian. Namun, ketika saya turun, dan saya melirik sosok itu sudah tidak ada. Saya kaget, lalu balik lagi ke mushola itu mencari cari sosok tersebut, saya tidak menemukan jejaknya dan saya lihat pintu mushola masih tertutup rapi dengan gantungan kunci, dan akhirnya rasa ingin BAB pun tidak jadi, yang ada saya balik lagi ke rumah,” ucap Dedi.
Hidup Hanya Ada Empat Perkara
Sejak kejadian tersebut, kehidupan Dedi seperti ada yang mengarahkan, dan jadi bisa melakukan sholat. Bahkan bisa memberikan saran pendapat kepada siapapun ketika orang yang di hadapannya dalam kondisi bingbang dan bingung.
“Sekarang, saya hanya bisa beristighfar, saya orang yang besar akan dosa, saya penuh dengan kesombongan. Kadang kalau mengingat kejadian yang sudah dilakukan sedih dan betapa bodoh nya saya ini. Padahal, hidup hanya ada empat perkara. Yang pertama Giat Sholat, Giat Bekerja, Giat Sodakoh dan yang ke empat jangan pernah berharap ingin kaya,” tandasnya. Part 1