Dengan alasan untuk mengantisipasi serangan Banten, beliau meminta voc Belanda berbagai senjata modern ukuran masa itu, yang dikabulkan dan diantar oleh Kapten MITCHEL sebagal utusan resmi VOC Belanda. Tentu saja tindakan beliau membuat Kesultanan Banten marah, namun untuk melakukan serangan terbuka tidakah mungkin sehingga ditempuhlah cara yang licik, terjadiah kejadian yang menggemparkan dan menyedihkan yaitu serangan Kesultanan Banten secara tiba-tiba yang dipimpin oleh CILIKWIDARA justru pada saat beliau dan rakyatnya sedang melaksanakan sholat Idul-Fitri yang harinya kebetulan jatuh pada hari Jumat, banyak kerabat dan rakyat yang tewas terbunuh karena dalam keadaan sama-sekali tidak siap untuk bertempur namun beliau selamat dan mengungsi dengan sisa-sisa kekuatannya.
Sebagal peringatan atas kejadian tersebut muncul tradisi apabila hari raya ldul Fitri jatuh pada hari Jumat, diharapkan para Bupati Sumedang dalam melaksanakan sholat /dul Fitri tidak di wilayah Kabupaten Sumedang. Dalam pengungsian itulah beliau terpaksa membuat perjanjian dengan VoC-Belanda melalui kapten Mithcel yang ikut mendampingi beliau dalam upaya mengembalikan lagi kekuasaannya.
Kabupaten Sumedang diduduki dan diperintah oleh CILIKWIDARA dari Kesultanan Banten selama kurang lebih 2 tahun, namun akibat sikap rakyat Sumedang yang tidak senang dengan pemerintahannya yang otoriter timbul berbagai pemberontakan kecil serta masuknya pasukan VOC-Belanda ke wilayah Sumedang-Priangan, akhirnya Kesultanan Banten memanggil pulang Cilikwidara bersama pasukannya kembali Banten dan kekuasaan kembali ke tangan PANGERAN PANEMBAHAN. (Bersambung)
Sumber : Buku Penelusuran Arsip Sejarah pemerintah Sumedang, Masa Pemerintahan Belanda Tahun 1800 – 1942 Kantor Arsip Daerah Kab. Sumedang Tahun 2021