INISUMEDANG.COM – Puncak hari jadi (Milangkala) Kecamatan Jatinangor yang ke 89 yang jatuh pada tanggal 17 Juli diisi dengan acara ngaruat budaya (Ngabungbang) dan pagelaran seni kecapi suling. Yang pada pagi harinya dilanjutkan dengan upacara apel pagi peringatan HUT Jatinangor dengan dihadiri seluruh kepala Desa, Forkopimcam, dan stake holder di tingkat kecamatan.
Uniknya, para peserta upacara menggunakan seragam pangsi sebagai adat pakaian Sunda dan ditutup dengan potong tumpeng oleh sesepuh Jatinangor Ismet Suparmat.
Camat Jatinangor Drs.Herry Dewantara melalui Ketua Panitia HUT Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan rangkaian HUT Jatinangor sudah digelar sejak bulan Juni 2024. Kemudian, dilanjutkan dengan acara malam peringatan HUT Jatinangor yang diisi dengan acara Ngabungbang.
“Kenapa Milangkala Jatinangor yang ke-89 lebih tua dari hari Kemerdekaan RI, karena kita bedah ternyata Jatinangor yang bermula bernama Cikeruh itu lahir pada tahun 1935, ketika Indonesia masih dibawah naungan penjajahan Hindia Belanda. Sehingga, kita peringati HUT Jatinangor tidak dari pergantian nama dari Cikeruh ke Jatinangor tahun 2000an, tetapi sejak berdirinya Kecamatan Cikeruh,” ujarnya.
Selain itu, yang menjadi PR sesepuh dan pemerintah kecamatan yakni di Jatinangor seiring perkembangan kawasan pendidikan, sehingga sudah banyak berdiri gedung-gedung yang tinggi, dan pusat pertokoan. Namun ternyata masih ada di Jatinangor masyarakat yang miskin extrem.
“Namun saya tidak takut karena dengan kebersamaan dan persatuan yang kuat semuanya akan bisa kita hilangankan. Lambat laun miskin extrim itu akan kita tuntaskan secara bersama-sama,” ujarnya.
Bahkan, cita-cita kedepan, Jatinangor itu memiliki gedung induk pusat pemerintahan kecamatan Jatinangor yang terintegrasi pelayanan mulai Kecamatan, kepolisian hingga Koramil dalam satu kawasan (lokasi).
Sementara itu, Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga anggota DPRD Sumedang dari dapil 5, H. Dudi Supardi mengatakan dengan adanya kegiatan hari ini semoga dapat mendongkrak Jatinangor yang benar-benar menjadi Jatinangor Hade Kasohor.
“Terkait kebijakan Pamda Sumedang soal Kawasan Perkotaan Jatinangor (KPJ) yang begitu gereget dan tadi kita sudah mengevaluasinya. Begitu juga dengan serapan anggaran Pemda Sumedang yang berasal dari Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung yang begitu besar namun kembali ke Jatinangor hanya sedikit. Coba kalau 20 persen dari APBD saja masuk ke sini itu juga sudah cukup,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak bersama sama untuk membangun Jatinangor, sekaligus terkait rencana pembangunan Induk Pusat Pemerintahan Jatinangor agar bisa direalisasikan tahun ini.