Kreativitas Warga Lokal
Bahkan, pihaknya mengundang beberapa kelompok seni asli Jatinangor sebagai bagian dari izin atau istilah bahasa Sunda (Ngawawuhkeun) tradisi masyarakat sekitar kepada mahasiswa baru yang notabene dari luar wilayah Jawa Barat. Upaya itu pun sebagai ajang mewadahi kreativitas warga lokal. Beberapa eskul ITB pun ditampilkan oleh Kakak kelas atau senior kepada juniornya. Bahwa inilah dunia mereka yang akan ditempuh mahasiswa baru.
“Intinya, kenapa acara ini digelar di kampus Jatinangor karena kita tahu jumlah mahasiswa baru ITB itu mencapai 5000 orang untuk jenjang S1. Sementara 2000 orang untuk program S2 dan S3. Jadi, kalau digelar di Kampus Ganesha (Bandung) tidak akan cukup. Makanya bu Rektor memiliki ide kita gelar di kampus ITB Jatinangor karena memiliki lahan -+47 ha di Jatinangor agar lebih representatif,” katanya.
Tak Hanya di Jatinangor, ITB juga memiliki kampus daerah seperti di Cirebon dan di Jakarta dan masing-masing memiliki misinya sendiri. Nah kita ingin keberadaan kampus di Jatinangor ini meskipun tujuannya adalah pengamalan gerakan akademik juga berdampak pada kawasan lokal.
“Saya kira kan untuk pembangunan ekonomi lokal masyarakat itu juga penting. ITB itu punya misi juga supaya keberadaannya itu memberikan manfaat kepada warga sekitar. Sebaik-baiknya Orang itulah yang memberikan manfaat buat orang lain. Sehingga, usaha kos kosan, warung makan, Laundry, jasa lainnya bisa bergerak di Jatinangor dan ekonominya tumbuh,” paparnya.