INISUMEDANG.COM – Tak terasa puasa sudah memasuki hari ke 11. Sebagaimana sabda Rosululloh kita disarankan memperbanyak doa di bulan suci Ramadan. Berikut doa hari ke 11 Ramadan. “Ya Allah, mohon tanamkanlah ke dalam diriku kecintaan kepada perbuatan baik, dan tanamkanlah ke dalam diriku kebencian terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Mohon jauhkanlah dariku kemurkaan-MU dan api neraka dengan pertolongan-MU, Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan.”
Di tanggal 11 Ramadan pula mengingatkan kita satu peristiwa penting yang membuat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersedih. Yakni, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha, istri tercinta Nabi wafat pada hari ke-11 bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian. Sayyidah Khadijah wafat di usia 65 tahun, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Seperti diketahui, Sayyidah Khadijah Al-Kubra adalah sosok paling berharga bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Sepanjang hidupnya beliau mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan menegakkan risalah Islam yang diemban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kesedihan Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam
Kesedihan yang dirasakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kala itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Beliau memuji sosok kekasih Sayyidah Khadijah melebihi istri-istri lainnya.
“Demi Allah, Allah tidak memberiku wanita pengganti yang lebih baik daripadanya: Dia (Khadijah) beriman kepadaku tatkala orang-orang mengingkariku. Dia (Khadijah) memercayaiku ketika orang-orang mendustakanku. Dia (Khadijah) membantuku dengan hartanya saat orang-orang tidak mau membantuku. Dialah (Khadijah) ibu dari anak-anak yang Allah anugerahkan kepadaku, tidak dari istri-istri yang lain”.
Dalam Kitab Al-Busyro yang ditulis Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani (ulama besar Makkah) diceritakan, ketika Sayyidah Khadijah sakit menjelang ajalnya di usia 65 tahun, beliau berkata kepada Rasulullah. “Aku memohon maaf kepadamu Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”
Kemudian Sayyidah Khadijah memanggil putrinya Fathimah Azzahra dan berbisik: “Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”
Wafatnya wanita dengan sebutan ummul mukminin, tepatnya tahun 619M. Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Sayyidah Khadijah kemudian sakit. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekah yang dikenal dengan sebutan Al-Hajun atau disebut Jannatul Ma’la (pemakaman ma’la).
Tahun itu pula Rasulullah ditinggalkan paman tercinta, Abu Thalib sehingga tahun itu disebut ‘aamul huzni (tahun kesedihan).