Berita  

Penyebab Bandung Panas Akhir-akhir Ini, BMKG Beri Penjelasan

BANDUNG – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan penyebab Bandung panas akhir-akhir ini tepat setelah Hari Raya Lebaran 2023.

Staf Data dan Informasi BMKG Bandung Yuni Yulianti menyampaikan soal penyebab Bandung panas dalam beberapa waktu terakhir ini hingga menyengat pada kulit.

Berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Bandung, lanjut Yuni, untuk suhu di Bandung saat ini maksimum masih berada di 29 derajat celcius-30,4 derajat celcius.

“Kemudian di Lembang maksimumnya di 25 derajat celcius 26,2 derajat celcius. Masih dalam kategori normal, sejauh ini tidak terlalu siginifikan,” ujarnya kepada wartawan.

Ini Baca Juga :  Bawaslu Diminta Jangan Diam Soal Seleksi PPK Oleh KPU Kabupaten Sumedang

Yuni menjelaskan, justru ada beberapa faktor yang menjadi penyebab Bandung panas akhir-akhir ini. Di antaranya, Indonesia saat ini akan segera masuk musim kemarau.

“Tutupan awan berkurang sehingga intensitas radiasi matahari lebih maksimum, dan dinamika atmosfer yang tidak biasa,” kata Staf Data dan Informasi BMKG Bandung itu.

Menurutnya, terkait musim ini masih dalam periode masa transisi di Bandung, jadi peralihan musim hujan ke kemarau. Lalu, tutupan awan berkurang sehingga aktivitas gelombang matahari optimal 24-31 derajat celcius.

“Saat ini rata-rata suhu di Kota Bandung 30,6 derajat. Masih ambang normal meski sudah masuk di indikator maksimal,” paparnya.

Ini Baca Juga :  Polisi Tangkap Begal Beringas Usai Beraksi di Cicendo

Maka dari itu, kata Yuni, saat pagi hari suhu udara terasa lebih hangat. Lalu di siang hari suhu panas terik maksimum. Namun, di saat sore insensitas curah hujan masih ada.

“Prediksinya, awal Mei kita sudah masuk musim kemarau. Untuk tahun ini, prediksinya kemarau normal, berbeda dengan tahun lalu hampir tidak ada kemarau ya atau istilahnya kemarau basah,” ungkapnya.

Yuni menambahkan, pada April II 2023- Mei I 2023 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah – menengah (20 – 150 mm/dasarian).

Oleh karenanya, menurut Yuni, masyarakat tidak perlu panik mengenai isu gelombang panas yang saat ini tengah melanda sejumlah kawasan Asia.

Ini Baca Juga :  Terungkap, Ini Identitas Pelaku Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar Bandung

Dia mengimbau agar masyarakat menggunakan tabir surya terutama saat berkegiatan di luar ruangan menyikapi penyebab Bandung panas belakangan ini. 

“Pakai payung atau pakai topi. Kemudian, terutama bagi pengguna roda dua, bisa pakai pakaian yang lebih menutup untuk melindungi kulit. Jika dirasa panas sangat menyengat, harap menepi untuk berteduh dulu,” ungkapnya.

Yuni juga menuturkan, tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

“Untuk indikator UV, kami belum menerima hasil laporannya karena BMKG tidak memantau lebih jauh mengenai UV. Kami lebih memantau mengenai suhu udara,” tandasnya.