INISUMEDANG.COM – Penataan kawasan perkotaan Jatinangor (KPJ) masih belum terlihat signifikan. Berdasarkan fakta di lapangan masih banyaknya sampah berserakan, bangunan liar (PKL), dan kabel optik internet berbagai provider. Bahkan, sarana publik dan ruang terbuka hijau untuk kebutuhan masyarakat banyak belum terlihat, padahal mahasiswa sudah kembali beraktivitas.
Pantauan IniSumedang.Com, di sepanjang jalan Ir Soekarno Jatinangor yang membentang dari Tugu Batas Kabupaten di Desa Cibeusi sampai Desa Hegarmanah membentang kabel optik yang merusak pemandangan dan membuat semrawut.
Haikal Akbar misalnya, mahasiswa asal Lampung yang menetap di Jatinangor ini merasa tak puas berada di Jatinangor yang disebut sebut sebagai kawasan perkotaan. Menurutnya, belum pas label KPJ di sematkan ke Jatinangor. Sebab masih banyak kekurangan seperti sarana prasarana, ruang publik, dan penataan kota.
“Untuk sekelas kabel optik saja, rasanya semrawut. Pemerintah daerah seakan tidak sanggup mengurusi kabel optik saja. Jangankan untuk mengurus yang lebih besar seperti alun alun atau ruang publik lainnya,” ujarnya.
Berikut sarana transportasi, pedagang kaki lima, bangunan liar, dan bangunan yang tidak tertata masih berdiri bebas di Jatinangor. Seperti tanah eks KA yang masih bebas dibangun rumah pribadi dan pertokoan komersil.
Jatinangor Sebagai Kawasan Perkotaan Jauh Tertinggal
“Ini PR besar, karena barometernya tidak hanya banyak berdiri kampus. Tapi ruang publik serta sarana dan prasarananya. Kalau hanya sebatas kawasan pendidikan saya setuju. Tapi kalau disebut kawasan perkotaan jauh tertinggal dari pada Jakarta, Depok, Bandung, Semarang, Lampung, dan kota besar lainnya,” ujarnya.
Menanggapi permasalahan itu, Koordinator Gugus Tugas Kawasan Perkotaan Jatinangor (KPJ), Ismet Suparmat mengatakan. Banyaknya kabel fiber optik yang tidak tertata rapih, jelas sangat merusak pemandangan dan citra Jatinangor sebagai kawasan pendidikan dan perkotaan.
“Dilihat secara kasat mata saja, secara estetika memang tidak bagus. Memang saat ini tengah gencar dilakukan penataan kawasan perkotan Jatinangor supaya lebih baik, namun dengan adanya kabel itu, sangat tidak enak dipandang dibiarkan saja semerawut seperti itu,” ujarnya belum lama ini.
Kondisi tersebut, kata ismet, diperparah dengan tiang kabel fiber optik yang dijadikan media pemasangan spanduk, iklan properti, bimbingan belajar, sewa badut, hingga iklan sedot WC menjadikan pemandangan tak sedap.
“Saya, selaku koordinator gugus tugas KPJ tidak tahu siapa yang bertanggung jawab, apakah Pemda? Telkom? atau vendor? Karena ketika pemasangan pun tidak ada pemberitahuan,” tambahnya.
Ismet mengaku, banyak warga yang mengeluhkan kondisi tersebut, berharap pihak terkait dapat menyelesaikan permasalahan ini dan kabel-kabel yang semerawut ini dapat segera ditata sebaik mungkin.
“Masa, kita harus memutus kabel itu secara langsung, kan ada pihak-pihak pemilik kabel optik, semoga saja para pendiri mengetahui hal ini,” tandasnya.