INISUMEDANG.COM – Naskah Wawacan Babad Sumedang adalah sebuah tradisi dari asal mula kata membaca, yang didalamnya memuat untayan puisi tradisional berupa Pupuh. Sementara Babad adalah Riwayat Sejarah yang menerangkan asal usul berdirinya daerah atau suatu tempat.
“Naskah Wawacan Babad Sumedang yang sudah diartikan. Ini merupakan untayan puisi tradisional yang dinyanyikan pada masanya dengan memuat isi sejarah tentang berdirinya Sumedang. Dalam Naskah ini disebutkan dimana letak kerajaan Sumedang dengan batas batasnya,” kata Kepala Bidang Kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang. Mochamad Budi Akbar saat diwawancarai IniSumedang.com Kamis 10 Maret 2022 di ruang kerjanya.
Dalam Naskah tersebut, kata Budi. Diceritakan juga sosok seorang raja yang berwibawa, penuh kebijaksanaan sebagai pewaris dari Kerajaan Galuh dan Kerajaan Padjadjaran. Hal ini dibuktikan oleh penyematan Mahkota Binokasih kepada Prabu Geusan Ulun sebagai Raja Sumedang Larang.
“Diceritakan bahwa Mahkota tersebut dibawa oleh empat Kandaga Lante dari Kerajaan Padjadjaran. Ke empat Satria Kandaga Lante tersebut adalah Batara Sanghiang Hawu (Mbah Jaya Perkosa), Mbah Nanganan, Mbah Terong Peot dan yang ke empat Mbah Kondang Hapa,” Jelas Budi.
Disebutkan Budi, ke empat Kandaga Lante tersebut membawahi 44 kerajaan wilayah dibawah kerajaan Padjadjaran yang di pimpin oleh Mbah Jaya Perkosa sebagai Pimpinan Utama pada proses penyerahan Mahkota kepada Raja Sumedang.
“Selanjutnya, Naskah ini menceritakan tentang Kharisma dan ke Wibawaan Pangeran Panembahan Sumedang. Yang mampu bekerja sama dengan berbagai kerajaan dan Kesultanan untuk membela rakyat dan memerangi kolonial Belanda pada saat itu,” tandasnya.