INISUMEDANG.COM – Sungguh memprihatinkan nasib seorang remaja putri bernama Rosa Nadila (19) asal di RT 03 RW 01 Dusun Cimuruy Desa Mekarmulya Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang. Akibat telat pertumbuhan yang dideritanya, kini hidup Rosa tergantung kepada ibunya Devi Maryani (39) yang berstatus single parent.
Ibu dari Rosa Nadila mengatakan, Rosa dari kecil hingga sampai sekarang menjadi remaja putri disabilitas. Sudah telat pertumbuhan, tidak bisa bicara. Sehingga apabila ingin buang air kecil harus keluar berbarengan BAB juga.
Selain itu, Devi juga menyebutkan bila terdapat luka di badan pun Rosa tidak merasa sakit. Hal ini juga ditambah penglihatan Rosa yang sudah terganggu.
“Awal lahir, putri saya normal-normal saja. Tapi, kurang lebih usia putri saya 1 tahun ada gejala kejang-kejang tapi tidak disertai panas. Dan langsung dibawa oleh ibu saya ke dokter,” kata Devi saat bercerita ke wartawan beberapa waktu lalu di kediamannya.
Hasil pemeriksaan dari dokter, lanjut Devi. Bahwa putrinya itu telat pertumbuhan, telat bicara, telat berjalan bahkan perkembangan otaknya pun mengalami keterlambatan.
Berawal dari Kejang Kejang
“Saya stres sejak lahir putri saya normal normal saja, tapi setelah kejang kejang menjadi seperti ini. Apapun yang terjadi, saya harus menerima kondisi putri saya. Umur 5 tahun baru bisa tengkurap, umur 8 tahun baru bisa berjalan dan pada umur 9 tahun saya masukan ke SLB,” ungkap Devi.
Devi menuturkan, bila sekolah di SLB pun, putrinya tersebut tidak bisa berbuat banyak. Dan kata guru SLB bahwa Rosa Nadila belajar yang mendasar dulu, seperi belajar makan, mandi.
“Kadang saya malu, ketika putri saya BAB tahu-tahu gurunya sudah membersihkan. Maka dari itu, saya tidak pernah melepaskan putri saya, saya selalu berada di samping putri saya. Pernah ada kejadian tangan putri saya terluka sampai berdarah, herannya putri saya tidak merasa kesaktian ketika saya tanya, bahkan biasa biasa saja. Saya sedih dengan kondisi putri saya,” lirihnya.
Devi juga mengatakan bila putrinya tersebut sebulan sekali harus kontrol ke rumah sakit, karena kalau telat kontrol putrinya itu akan mengalami kesulitan untuk tidur. Bahkan pernah tidak tidur putrinya tersebut selama 2 hari 2 malam.
“Terus menjalar kesemua aspek di badan putri saya, sekarang menyerang mata putri saya, penglihatannya tidak jelas bahkan buram, makan dan minum pun masih dibimbing, pipis dan BAB nya pun tidak merasakan apa apa tiba tiba sudah keluar, sekarang penglihatannya pun terganggu,” ujarnya.
Devi mengaku harus menerima atas apa yang Allah SWT berikan kepada keluarganya berupa seorang putri dengan kondisi seperti ini, harus ikhlas meski harus mengurus seorang diri.
“Saya tidak punya sampingan usaha. Sementara, biaya putri saya untuk Pampers saja sehari Rp. 30 ribu. Meski berobat saya menggunakan BPJS Kesehatan tidak berbayar tapi biaya sehari hari saya dengan kondisi seperti ini darimana? Saya belajar ikhlas apapun yang terjadi, saya terima saya pasrahkan kembali kepada yang lebih mempunyai hak yaitu Allah SWT”. Tutur Devi mengakhiri ceritanya.