Sumedang, 8 Oktober 2025 — Ancaman gagal panen kini menghantui para petani di Desa Sukaluyu, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang. Pasalnya, populasi monyet liar di wilayah tersebut terus meningkat dan mulai menyerang lahan pertanian warga. Fenomena ini menimbulkan keresahan luas di kalangan petani dan disebut sebagai hama baru yang menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar.
Kepala Desa Sukaluyu, Dendi Permana, menyebut serangan monyet sudah berlangsung dalam beberapa musim tanam terakhir dan kini berdampak langsung pada produktivitas hasil pertanian.
“Monyet menjadi hama yang menyerang tanaman petani kami, sering menyebabkan gagal panen. Saya merasa prihatin melihat kondisi petani di sini yang kerap mengalami kerugian karena ulah monyet,” ujarnya, Selasa (8/10/2025).
Tanaman Rusak dan Petani Enggan Membuka Lahan
Tanaman pangan utama seperti jagung, kacang tanah, padi, dan kelapa sawit muda menjadi sasaran utama serangan monyet. Hasil panen berkurang drastis, bahkan banyak petani memilih tidak lagi membuka lahan baru karena takut gagal panen.
Kerugian yang dialami masyarakat pun cukup besar. Selain kehilangan hasil panen, biaya perawatan dan perlindungan tanaman ikut meningkat. Kondisi ini menimbulkan dampak psikologis dan ekonomi bagi petani, yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Habitat Monyet Menyempit, Ekosistem Tertekan
Peningkatan populasi monyet di area permukiman dan pertanian diduga kuat akibat menyempitnya habitat alami hewan tersebut. Pembukaan lahan dan berkurangnya kawasan hutan memaksa monyet mencari sumber makanan baru di kebun warga.
Fenomena ini mencerminkan adanya tekanan pada ekosistem lokal, di mana keseimbangan antara manusia dan satwa liar mulai terganggu. Menurut para pengamat lingkungan, konflik semacam ini menandakan perlunya pendekatan ekologis dan kolaboratif untuk menjaga keberlanjutan lingkungan tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.
Polres Sumedang Turun Tangan Bantu Pengendalian
Menanggapi keresahan warga, Kapolres Sumedang AKBP Sandityo Mahardika menyatakan kesiapan Polres untuk berkontribusi dalam pengendalian hama monyet dengan cara-cara yang kreatif dan ramah lingkungan.
“Kami akan memberikan bantuan spiker pengusir hama berisi suara harimau, serta mendatangkan burung elang dan burung hantu untuk membantu pengendalian populasi hama di area pertanian,” ungkapnya.
Langkah tersebut menjadi bagian dari program ketahanan pangan di Desa Sukaluyu, yang mengedepankan inovasi non-destruktif untuk melindungi hasil pertanian tanpa merusak ekosistem. Pendekatan ini juga memperlihatkan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah desa, kepolisian, dan masyarakat dalam mencari solusi berkelanjutan.
Harapan akan Solusi Berbasis Alam
Kepala Desa Sukaluyu berharap langkah-langkah preventif tersebut dapat mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar. Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menciptakan sistem perlindungan pertanian yang efektif namun tetap menghormati keseimbangan alam.
“Kami berharap ada solusi konkret dari berbagai pihak. Petani sudah cukup lama menderita kerugian. Kami ingin masalah ini segera mendapat perhatian serius,” ujar Dendi.
Program pengendalian ini diharapkan menjadi model baru dalam pengelolaan hama berbasis ekosistem, sekaligus memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Menuju Pertanian Tangguh dan Ramah Lingkungan
Kasus di Desa Sukaluyu menjadi pengingat bahwa ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada hasil produksi, tetapi juga pada harmoni dengan lingkungan sekitar. Dukungan dari aparat kepolisian dan peran aktif masyarakat menunjukkan bahwa solusi lokal berbasis kolaborasi bisa menjadi jalan keluar dari persoalan kompleks seperti ini.
Dengan pendekatan berkelanjutan, Desa Sukaluyu berharap bisa keluar dari ancaman gagal panen dan menjadi contoh desa tangguh yang mengelola konflik satwa liar dengan bijak dan manusiawi.