Miris! Makam Leluhur Pangeran Rangga Gede Sumedang Terancam Longsor

INISUMEDANG.COM – Makam Leluhur Sumedang yaitu Makam Pangeran Rangga Gede di Lingkungan Panday Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan, kondisinya terancam longsor.

“Tanah di samping makam di bawahnya ini, sudah kami pasang bambu dijejerkan, tujuannya agar bisa menahan tanah itu. Namun, ini hanya penahan sementara saja dan tentunya tidak akan tahan lebih lama, jangan sampai menunggu dulu kejadianya baru di perhatikan”. Kata Juru Kunci Makam Pangeran Rangga Gede Jono saat diwawancarai IniSumedang.com Sabtu 29 Januari 2022 di lokasi makam.

Longsoran di areal makam itu, sambung Jono, dikarenakan intensitas hujan akhir-akhir ini. Adapun bambu yang dipasang berjejer untuk menahan agar tidak terjadi longsoran lebih parah.

Selain itu, kata Jono. Beberapa fasilitas yang ada di Makam Pangeran Rangga Gede ini dibangun oleh warga atau penziarah yang datang.

“Makam ini bisa teduh, termasuk fasilitas seperti tempat wudhu dan kamar kecil itu, semuanya dibangun oleh peziarah yang datang kesini. Itu berawal dari para penziarah yang selalu kebasahan saat turun hujan. Karena awalnya di makam ini tidak ada penghalang/atap,” ujar Jono yang mengaku telah menjadi kuncen sejak tahun 1995, menggantikan ayahnya yang telah meninggal dunia.

Ini Baca Juga :  Sosok "Budak Angon' Disebut Cikal Bakal Sumedang Gemah Ripah Loh Jinawi

Sebagai Kuncen di Makam Leluhur Sumedang Jono Tidak Dapat Upah

Dikatakan Jono, dirinya sejak jadi kuncen di makam Leluhur Sumedang Pangeran Rangga Gede tahun 1995 sampai sekarang tidak mendapatkan upah, sama halnya dengan orangtuanya dulu ketika jadi kuncen.

“Tidak ada santunan, sejak saya jadi kuncen dan orangtua saya pun sama. Pernah ada wacana, bahwa kuncen mau mendapatkan honor perbulannya. Alhamdulillah, sampai sekarang hanya wacana saja. Untuk keperluan sehari hari ya dari peziarah, itupun kalau datang peziarah,” ucapnya

Sekilas Sejarah Rangga Gede atau Kusumadinata III.

Menurut Pupuhu Kampung Buhun Sumedang Larang, R. Supian Apandi Rangga Gede mengambil-alih dan mempersatukan wilayah titipan dengan wilayah miliknya. Berarti Sumedang Larang kembali keluas asalnya, salah satu putra Sorriadiwangsa/Rangga Gempol I yang bernama Kartajiwa menuntut kembali wilayah kekuasaan ayahnya namun tidak ditanggapi, akhirnya ia pergi dan meminta bantuan Sultan Banten.

Ini Baca Juga :  Jumat Berbagi, Anggota DPRD Berbagi Rezeki Kepada Masyarakat

Mulailah pemerintahan Pangeran Rangga Gede (Pangeran Kusumadinata III) baik sebagai Bupati Sumedang maupun sebagai Bupati Wadana Prayangan (Priangan) dari tahun 1625 sampai tahun 1633. Dibawah pengaruh Mataram dan terdapat berbagai perubahan baik struktur organisasi dan pengenalan nama jabatan antara lain Bupati, Wadana, Kabupaten (dari Ka-Bupati-an). Termasuk nama Sumedang Larang menjadi Sumedang saja tanpa Larang. Juga berbagai gelar kepangkatan, dalam silsilah dianggap sebagai Bupati Sumedang ke 4.

Beberapa waktu kemudian terjadilah intervensi Kesultanan Banten akibat pengaruh Rd. Kartajiwa (Soeriadiwangsa 2) putra Dipati Aria Soeriadiwangsa  (Rangga Gempol 1) yang ingin memperoleh kembali haknya,  beberapa wilayah Sumedang ditaklukan dan dikuasai Banten. 

Karena dianggap tidak mampu menghadapi serangan Banten akhirnya Rangga Gede dipecat oleh Sultan Agung dan dipenjarakan di Mataram.

Ini Baca Juga :  10 Peninggalan Belanda di Sumedang yang Jarang Diketahui Orang, Simak Yuk Dimana Saja Tempatnya

Jabatan beliau sebagai Bupati Wadana Prayangan dicopot dan diserahkan kepada Dipati Ukur yang memindahkan pusat pemerintahan ke Daerah Ukur (Bandung sekarang) dengan misi pertama mengusir tentara Kesultanan Banten dari wilayah Priangan.

Setelah berhasil mengusir Banten misi kedua adalah menyerang Batavia. Namun misi kedua ini gagal dan Dipati Ukur tidak berani pulang ke Mataram.

Oleh Sultan Agung tindakan Dipati Ukur dianggap desersi dan harus dihukum berat. Namun tidak ada yang sanggup menangkap Dipati Ukur yang terkenal gagah berani serta memiliki sisa-sisa pasukan yang kuat.

Akhirnya Sultan Agung membebaskan Rangga Gede dari hukuman dan memberi tugas menangkap Dipati Ukur hidup atau mati. Namun tugas tersebut tidak dapat terlaksana karena beliau keburu meninggal dunia sewaktu pusat pemerintahannya di ParumasanConggeang. Dan Pangeran Rangga Gede dimakamkan Jalan Panday Desa Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan.