Berita  

Milangkala Kampung Baru ke 17 Desa Cipacing

INISUMEDANG.COM – Dalam rangka milangkala Kampung Baru RW 18 Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor, ratusan warga berkumpul dan menggelar syukuran, Sabtu (6/7/2024) malam sekira jam 19.30.

Tak hanya gelar syukuran dengan berdoa bersama dan makan nasi tumpeng, warga juga ikut memeriahkan malam pergantian Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah dengan Pawai obor keliling kampung.

Pendiri Kampung Baru yang juga tokoh masyarakat Desa Cipacing Entis Sutisna mengatakan, acara Peringatan Milangkala Kampung Baru itu, sebenarnya jatuh pada tanggal 7 Juli 2024. Namun, karena momennya ingin bersamaan dengan perayaan tahun baru islam sehingga digeser menjadi malam hari.

“Ya Milangkala Dusun Kampung Baru itu sebetulnya sudah digagas beberapa tahun lalu, namun baru terlaksana sekarang karena berbagai hal. Intinya, kami sebagai warga Kampung Baru merasa bersyukur sampai saat ini masih bertahan dan bahkan warganya bertambah banyak,” ujarnya.

Menurut Entis, sejarah Kampung Baru itu bermula pada tanggal 7 Juli tahun 2007 lalu. Pembentukan Kampung Baru merupakan pemekaran wilayah RW dari Dusun Solokan Jarak RW 13. Saat itu, banyak pihak yang menentang dimekarkan Kampung ini karena alasan warganya masih sedikit dan terkendala anggaran desa.

Ini Baca Juga :  Sehari Hanya Mengalir 2 Kali, Warga Perumahan Kampung Geulis Keluhkan Pelayanan PDAM Sumedang

Tak hanya itu, karena saat dulu belum ada anggaran dana Desa (ADD) bantuan dari pemerintah pusat, sangat sulit sebuah desa mengelola banyak wilayah. Namun, karena Entis beranggapan bahwa potensi di Kampung Baru sangat bagus terutama lahannya yang luas dan masih banyak lahan kosong, sehingga tekadnya untuk membentuk sebuah Dusun semakin kuat.

“Keinginan untuk mmemekarkan diri dari Dusun Solokan Jarak sebenarnya sejak tahun 2003. Karena saya melihat daerah ini masih lahan kosong, namun potensi jumlah penduduk akan banyak. Ditopang dengan daerah batas desa Sayang, juga banyak berdiri pabrik, sehingga potensi warga untuk menduduki Kampung Baru sangat berpeluang. Akhirnya, setelah beberapa kali mencoba pendekatan ke desa dan Kecamatan. Akhirnya terbentuknya Kampung Baru pada tahun 2007,” katanya.

Saat itu pun, kata Entis, Kepala Desa Cipacing yang saat itu dijabat oleh H. Suryana Lengkong (Alm), belum optimis jika Kampung Baru akan melesat seperti sekarang. Bahkan, saat itu warga bingung siapa yang akan menjadi ketua RW di Kampung Baru tersebut.

Ini Baca Juga :  Diduga Kelelahan, Petugas PAM TPS di Desa Ganjaresik Sumedang Meninggal Dunia

Akhirnya, atas desakan warga dan perintah kepala desa, ditunjuklah Entis Sutisna sebagai ketua RW depinitif.

Setahun menjabat ketua RW, Entis pun dibebankan dengan alih nama warga atau perubahan alamat dan RW di sana yang awalnya RW 13 diubah menjadi RW 18. Lalu, dengan modal nekat dan tanpa anggaran, Entis pun mengumpulkan KTP dan KK warga untuk diubah alamat sesuai RW Baru ke kantor kecamatan.

“Saya sampai 3 minggu bolak balik dari rumah ke Kecamatan, bahkan sampai larut malam. Saat itu belum ada gojek maupun kendaraan online. Saya pun tak punya motor, namun, saya membayar tukang ojeg di dekat rumah dan rela mengantar pulang pergi dari rumah ke kantor kecamatan,” ujarnya.

Penerima Progam PNPM Mandiri Pedesaan Pertama

Tak gampang membuat sebuah kampung. Setelah administrasi kependudukan selesai diubah, ada satu lagi masalah. Warga di Kampungnya tak kebagian bantuan dari Desa karena keterbatasan anggaran. Sehingga, dirinya harus memutar otak bagaimana menyerap anggaran dari luar untuk pembangunan infrastruktur di daerahnya.

Seperti gayung bersambut, lalu ada program PNPM Mandiri pedesaan. Namun saat itu, tidak ada RW yang berani mengambil program itu karena ribetnya masalah administrasi dan pelaporan.

Ini Baca Juga :  Menakjubkan, Jumlah Honorer Per Tanggal 30 September Berjumlah 2.113.158 Orang

Namun, karena tekad yang kuat, Entis kemudian mengambil program PNPM Mandiri dibantu tim 7 untuk merancang RAB dan membuat perencanaan pembangunan di daerahnya.

“Akhirnya bantuan PNPM Mandiri gol. RW kami mendapatkan bantuan program itu kemudian dibangunkan jalan gang termasuk drainasenya. Karena kan Kampung Baru itu daerah langganan banjir, sehingga tidak ada jalan bagus saat itu. Namun, dengan bantuan PNPM itu akhirnya daerah kami berubah drastis,” ujarnya.

Setelah sukses merealisasikan program PNPM, akhirnya RW 18 Kampung Baru itu menjadi rujukan daerah lain untuk menyerap anggaran PNPM Mandiri. Keberhasilan itu pun menjawab sudah rasa pesimis berbagai pihak yang men just bahwa Kampung baru itu daerah yang dulunya dibully.

Singkat cerita, Kampung Baru itu sekarang menjadi bagian dari RW di Desa Cipacing dengan jumlah penduduk lebih dari 250 KK dan 640 Jiwa. Bahkan, kini banyak berdiri perumahan mewah dan Mesjid besar bahkan akses jalan mobil pun bisa masuk ke Kampung Baru meski awalnya daerah pesawahan dan rawa.