INISUMEDANG.COM – Bupati Sumedang ke-41 Drs. Supian Iskandar yang menjabat 2 periode yaitu 1970-1972 dan 1972-1977. Dia menggantikan Bupati Adang Kartaman yang menghilang misterius setelah adanya aksi demo tahun 1969.
Kisah Bupati Supian Iskandar banyak diceritakan bahwa dia bupati yang punya pesona kharismatik dari mulai gaya hidup sederhana, sopan santun dan rendah hati. Keberpihakan kepada rakyatnya semakin populer sehingga dicintai rakyat jelata.
Kisah Bupati Supian Iskandar ini dituturkan mantan ajudannya Iskandar (68). Saat ini, sang ajudan itu menghabiskan sisa hidupnya sebagai petani di Desa Gunturmekar Kecamatan Tanjungkerta Sumedang Jawa Barat.
“Ini bukan cerita mengada-ada atau puji-puji apalagi melebih-lebihkan. Tapi ini realita dan fakta sejarah yang saya ketahui apa adanya saat mengabdi sebagai ajudannya sekitar tahun 73-an,” tutur Iskandar dirumah, Sabtu (26/3/2022).
Dulu, kata dia, belum zaman Presiden Joko Widodo. Namun cara dan sikap kepemimpinan presiden itu, sudah ada tidak jauh beda dengan cara Bupati Supian Iskandar yaitu senang blusukan ke wilayah, meskipun dalam kondisi hujan.
Dia tampaknya tidak mau hanya bisikan (harewos bojong), tapi dia ingin melihat kenyataan dan mendengar langsung apa yang disampaikan rakyatnya.
“Saya dan sopirnya yang bernama Ko’i selalu setia temani beliau blusukan, tanpa diiring-iring pengawal. Ternyata bupati baru ini punya sifat dan prilaku sopan santun (someah), penyayang kepada rakyat kecil,” ujarnya.
Bagi bupati ini, lanjut dia, kepentingan rakyat segalanya. Disaat blusukan, makan bareng sopir dan ajudan disebuah warung makan sederhana. Jauh dari sifat angkuh dan sombong, bahkan tidak merasa dirinya seorang bupati yang memiliki kekuasaan diatas segalanya.
Nama Bupati Supian Iskandar semakin bersinar. Sikap someah dan tutur kata santun merupakan pesona kepribadian bupati yang banyak torehkan pujian dari berbagai lapisan masyarakat.
Bupati Supian Iskandar Terbaik di Masanya
“Supian Iskandar patut disebut Bupati Sumedang terbaik di masanya. Sebab saya pengalami ketika zaman Bupati Sulaeman sebelum Bupati Adang Kartaman, meskipun saat itu saya belum menginjak dewasa, tapi menghabiskan masa kecil di lingkungan Srimanganti,” katanya.
Waktu Bupati Sulaeman, hampir sama ketika zaman bupati kolonial Belanda, yaitu Juragan Bupati bahkan rakyat menyebutnya Kangjeng Dalem. Anaknya harus disebut Aom seperti Aom Dadeng dan Aom Maman anak bungsunya yang masih sekolah.
Supian Iskandar selalu menjadi bahan perbincangkan positif rakyatnya bahwa dialah figur bupati terbaik dan berwibawa bila dibanding dengan bupati-bupati sebelumnya.
Pesona bupati ini tidak hanya di hati rakyatnya saja. Namun dikalangan bawahannya, bupati ini paling disukai. Sikap rendah hati diiringi senda gurau dan gelak tawa menciptakan suasa ramah dan berbaur ketika mimpin suatu rapat.
Bapak Pembangunan
Disebutkan, masa pemerintahan Bupati Supian Iskandar, tidak pernah mementingkan politik dan golongan, bahkan tidak pernah meraju jika ada kritik media. Sikap tenang, tampil wibawa karena kiprahnya murni untuk rakyat sehingga dikenal sebagai bapak pembangunan.
Bupati ini menyorot bidang pendidikan dan banyak sekolah yang dibangun hingga pelosok, waktu itu dikenal SD Inpres. Dia selalu kordinasi dengan Kosam Erawan selaku Kepala P dan K, sekarang Disdik.
Bidang ekonomi kerakyatan, lanjutnya, dirasakan lebih baik oleh para pelaku usaha kecil, termasuk pertanian dengan digulirkan bantuan program swadaya pangan, sebagai upaya meningkatan tarap hidup masyarakat.
Sementara dibidang kesehatan, bupati ini selalu dimonitor ke setiap desa. Bahkan sampai sekarang dikenal dengan sebutan Bidan Desa. Waktu itu, desa dapat subsidi sekitar Rp 2,5 juta pertahun.