INISUMEDANG.COM – Mayor R.O Abdurachman Natakusuma gugur dalam peristiwa berdarah di Desa Cibubuan Conggeang Sumedang Jawa Barat pada 11 April 1949 setelah Devisi Siliwangi kembali dari hijrahnya, dari Yogyakarta ke basis semula di Jawa Barat.
Untuk mengenang ke pahlawannya, nama Mayor Abdurachman termasuk peristiwanya yaitu 11 April diabadikan dalam nama jalan di Sumedang Kota.
Mengenang kembali peristiwa berdarah di Cibubuan itu, dikisahkan Engkos salah seorang pelaku sejarah di masa kembalinya Devisi Siliwangi dari Yogyakarta.
Waktu itu, Engkos berusia 35 tahun salah seorang prajurit Yon Tarumanegara Brigade XIII IV/Siliwangi. Engkos selamat dalam perburuan tentara Belanda di Buahdua.
Dikisahkan, setelah long march yaitu perjalanan panjang dari Yogyakarta ke basis semula di Jawa Barat. Kedudukan besar Devisi Siliwangi berposisi di Buahdua Sumedang sebagai wewenang Bataliyon Tarumanegara dibawah Komandan Mayor Abdurachman yang diberi tugas pengawal Panglima Devisi Siliwangi Letkol Sadikin.
Waktu itu, lanjutnya, Belanda yang berkedudukan di Sumedang kota telah mencium keberadan Letkol Sadikin dilereng gunung Tampomas Buahdua. Sehingga Belanda turunkan tentara Kesatuan Baret Hijau (KST) untuk menangkap Letkol Sadikin.
Namun pergerakan Belanda itu, tercium juga Yon II Tarumanegara. Maka Mayor Abdurachman mengevakuasi Letkol Sadikin dibawah pimpinan Kapten Komir Kastaman ke wilayah Sumedang Timur.
Namun, kata dia, Mayor Abdurachman tidak ikut rombongan karena penyakit malaria sehingga memutuskan istirahat (sembunyi) di Dusun Cileuncang Desa Cibubuan yang rencananya akan menyusul ketika penyakit malarianya mereda.
Mayor Abdurachman Ditangkap Atas Petunjuk Anak Kecil, dan Ditembak Mati
Sementara dikutip dari YouTube Histori. Atas petunjuk seorang anak kecil saat Tentara Belanda berada di Conggeang. Maka tentara itu bergerak ke Cileuncang memburu Letkol Sadikin, padahal sudah dievakuasi. Sehingga dalam serangan itu, tentara Belanda menggiring Mayor Abdurachman beserta Sersan Sobur dan Kopral Karna.
Mereka ditangkap dengan mudah di sebuah rumah warga dalam keadaan belum siap perang. Sebab ketiganya hanya mengenakan pakaian dalam dengan kedua tangan diikat tali ke belakang. Mereka digiring ke depan Balai Desa Cibubuan.
Karena tidak mau menunjukan keberadaan Letkol Sadikin, maka dengan brutal tentara Belanda menembak kepala ketiga pahlawan itu termasuk 4 warga sipil yang dihabisi dengan ditusuk Bayonet. Saat itu, suasana Dusun Cileuncang Cibubuan mencekam banjir darah.
Dilokasi lain di Buahdua, tentara Belanda menggiring tawanan lagi yaitu Kapten Edi dan 2 mengawalnya Sersan Roni dan Prajurit Saleh. Di Dusun Buganggeureung, ketiganya dihabisi bahkan mayatnya dilempar ke selokan.
Letkol Sadikin lolos dari perburuan, tapi harus dibayar mahal karena kehilangan Danyon Mayor Abdurachman dan Danki Kapten Edi Soemadipraja termasuk 4 warga sipil dan 8 anggota Yon II Tarumanegara.