Mati Ditelan Zaman, Bisnis Layangan Kini Tinggal Kenangan

TUNJUKKAN : Koko perajin layangan asal Citali Desa Citali Pamulihan saat menunjukan layangan buatannya di rumahnya, kemarin.

Lantas, lanjut dia, untuk menutupi kebutuhan sehari hari, dia menjual golongan benang dari pipa. Golongan benang yang dijualnya Rp5000 dan keuntungan yang didapat sekitar Rp2500. 

“Kami perajin layangan muter otak bagaimana menutup biaya produksi. Makanya kami menjual golongan benang. Alhamdulillah masih bisa bertahan hidup meski jadi perajin layangan hanya sampingan,” katanya. 

Biasanya, lanjut Koko, memasuki musim kemarau (Juni-Agustus) bisnis layangan meningkat. Sebab layangan akan terbang tinggi disaat angin kencang dan tidak hujan. “Sekarang pembelinya juga tidak ada karena anak anak sudah bermain game online dari pada layangan,” tandasnya.

Ini Baca Juga :  Horwin SK3 2022, Motor Listrik Bawa Desain Futuristik, Ini Spesifikasi dan Harganya