Mati Ditelan Zaman, Bisnis Layangan Kini Tinggal Kenangan

TUNJUKKAN : Koko perajin layangan asal Citali Desa Citali Pamulihan saat menunjukan layangan buatannya di rumahnya, kemarin.

INISUMEDANG.COMLayang-layang atau layangan, merupakan jenis permainan tradisional yang hampir ada di seluruh dunia. Di Indonesia layangan sudah ada sejak zaman pra sejarah sebagai alat bantu melaut atau menjerat ikan di laut.

Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara.

Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.

Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Era tahun 70-80an, layang-layang menjadi bisnis yang menggiurkan bagi perajinnya. Sebab orderan layang-layang yang tak pernah sepi setiap tahunnya. Namun karena masuknya teknologi game online, permainan Layang-layang mulai ditinggalkan.

Ini Baca Juga :  Pemkab Sumedang Bersama bank bjb Lakukan Mou Pengembangan Kompetensi ASN